Mohon tunggu...
Edu Badrus Shaleh
Edu Badrus Shaleh Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

peradar malam. tinggal di http://lelakimatahari.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Itulah Keajaiban Malam Ramadan, Sayang

14 Agustus 2012   12:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:47 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kapankah laylatul qadar? tanya bibir manismu.

aku kelu, bibirku seperti dipaku palu.

tentu tak ada di dalam tidurmu, sayang. jawabku setelah beku berlalu.

ia seperti mimpi yang keluar dari pembaringan cinta

laksana bidadari sejenak menginap di dunia

di mana cahaya terlihat memancar dari matajiwa

dan waktu meruang dalam zikir kesunyian margasatwa

relungmu merunduk, merenungi kataku sedemikian khusyuk.

aku faham, engkau belum bisa mencerna bahasa sajak

namun pada hatimu hendak kutitipkan jejak

: tapak sejuta ulama yang menangkap tanda di antara benda-benda

yang tersirat pada butiran debu dan sepoi udara

jagalah malam puasa kita, sayang.

mari menangkap seribu cinta dari langit

sebelum bumi terjaga dan melenyapkan hak kita buat berdoa.

aku mengelus keningmu sampai engkau tak pernah terjaga.

merem-melek matamu menguatkan lagu rindu

dalam kebat karat jantungku.

untuk apa? kenapa kita harus menunggu malam usai?

bukankah laylalul qadar tak pernah kita fahami

karena ia rahasia rembulan nan misteri?

engkau merengut menangkai tanya menandai larut

dimana kubit gemintang nyaris terbenam

aku mengela nafas untukmu. biar engkau mengerti

betapa tuhan akan tetap menyayangi malam-malamnya

dan setiap manusia sedia memeluknya sepenuh jiwa.

itulah keajaiban malam ramadan, sayang.

malam menjadi lebih indah ketimbang siang

titik-titik kemilau merangkai gairah daripada surya

dan titah tuhan dalam qur’an, menciptakan malam 1000 bulan

bukan siang 1000 bulan.

engkau diam menyamai tenang angin

aku menggigil memandang matamu yang dingin…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun