Mohon tunggu...
Eduardus Benedictus Sihaloho
Eduardus Benedictus Sihaloho Mohon Tunggu... -

Peminat masalah sosial dan kemasyarakatan, senang membaca, suka menulis, pencinta olahraga khususnya Sepakbola, harus tetap cinta Indonesia untuk selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Surat Terbuka (Peringatan) untuk Djohar Arifin dkk.

22 April 2012   15:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:16 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Kepada yth.

Bapak Djohar Arifin Husin dkk,

Di

Tempat, dimana berada

Salam hormat,

Melalui surat terbuka ini kami insan pencinta dan penggemar sepakbola nasional menyampaikan surat terbuka kepada Bapak dan kawan-kawan, yang hingga saat ini masih diakui oleh FIFA sebagai pengurus resmi asosiasi sepakbola nasional kita yakni PSSI. Kami menyebut surat ini sebagai Surat Terbuka (peringatan), agar ke depan Bapak dan teman-teman/ tim bapak yang berada di belakang Bapak, lebih berhati-hati membuat keputusan, jangan serampangan. Jangan mentang-mentang awak lagi berkuasa atau memimpin, suka-suka awak membuat keputusan dan kebijkan. Padahal keputusan dan kebijakan itu sangat merugikan banyak orang.

Sebaiknya sebelum mengambil keputusan Anda berpikir jernih dulu, memikirkan masak-masak terlebih dahulu, jangan asal pecat saja. Ketika Anda baru beberapa saat terpilih menjadi Ketua Umum PSSI, Anda sudah memecat Pelatih Alfred Riedl, tanpa alasan yang jelas. Hingga sekarang kami sebagai penggemar tim nasional Indonesia tak tahu alasan pemecatan Alfred Riedl. Kami berhak juga untuk tahu apa alasan pemecatan pelatih asal Austria tersebut, sebab PSSI adalah milik kami juga, bukan hanya milik Bapak dan kelompok (pengurus) Bapak. Sebaiknya pemecatan atau pemberhentian seorang pelatih nasional jangan didasarkan pada sentimen atau like or dislike. Sebab kalau demikian keadaannya, maka persepakbolaan nasional kita akan berantakan, persis seperti yang terjadi saat ini.

Selain itu, kami juga minta, agar Bapak jangan mau ditunggangi oleh pihak-pihak lain, yang belum tentu bertujuan baik dan selamanya mendukung Anda. Berpikir bijaklah sebelum membuat keputusan dan kebijakan, janganlah ludah yang telah dibuang harus ditelan lagi. Seperti pelarangan pemain ISL bermain di tim nasional, sehingga Anda memilih dan mempersilahkan “tim sayur” bertanding melawan Bahrain, hingga tim Indonesia kalah 10-0. Namun sekarang tim Anda (Pengurus PSSI) seakan-akan merengek-rengek dan membujuk-bujuk, agar para pemain dari ISL mau bermain di tim nasional, seharusnya Anda malu dan kalau bisa mundur saja dari jabatan sekarang. Sebab ludah yang sudah dibuang, kembali harus dijilat. Adalah sangat memalukan kalau seorang Ketua Umum PSSI, sebuah jabatan yang sungguh bergengsi, harus mohon-mohon untuk mau berrekonsiliasi dengan klub-klub ISL, padahal sebelumnya liga ISL sudah dicap sebagai liga illegal. Ahhh, sangat memalukan sebenarnya. Tapi sudahlah, yang penting sekarang, Bapak dan kawan-kawan sudah tahu apa keinginan dan keprihatinan kami. Sebenarnya kami pun malu melihat suasana kekisruhan sepakbola nasional kita ini, karena harus menyerahkan masalah internal kita diputuskan oleh orang lain (AFC danFIFA). Julukan sebagai bangsa yang bermartabat, jadi tak berarti dan tak punya makna sama sekali.

Perlu juga Bapak ingat, agar jangan mengikutsertkan klub menjadi peserta liga kalau tak pernah mengikuti kompetisi, yang berjenjang di Negara kita, seperti PSM, PSMS, Persebaya, Persema, Persibo. Secara khusus tiga klub pertama yang disebut, tak ada karena alasan sejarah dalam kompetisi sepakbola, Bapak. Tolok ukurnya harus tetap kompetisi. Lewat kompetisi yang berjenjang, sebuah klub bisa naik ke kasta yang lebih tinggi dalam kompetisi sepakbola nasional. Mohon juga Bapak dan kawan-kawan mengerti bahwa sepakbola Indonesia ini bukan hanya milik Anda dan kawan-kawan Anda, kami seluruh rakyat Indonesia juga punya hak yang sama dengan Anda, hanya sekarang Anda dan kawan-kawan diberi kesempatan untuk duduk di kepengurusan PSSI. Itu saja kelebihannya. Karena itu, hargai juga kami sebagai penonton dan penikmat sepakbola nasional. Seandainya Bapak dan kawan-kawan mau menghargai kami sebagai pemilik sah sepakbola nasional, maka situasi sepakbola kita tidak akan seperti ini. Maka sekali lagi berpikir bijaklah.

Hal yang tak boleh diabaikan oleh Bapak dan kawan-kawan adalah: Berpegang dan berpijaklah pada aturan yang ada, jangan hanya mengandalkan penafsiran-penafsiran semata terhadap aturan persepakbolaan nasional kita, sehingga pijakannya tetap aturan bukan pendapat dan penafsiran pribadi atau kelompok tertentu. Sebab kalau mengandalkan pendapat dan penafsiran pribadi atau kelompok tertentu saja, maka legalitas sepakbola kita akan diragukan oleh pihak-pihak lain, secara khusus yang memiliki wewenang terhadap sepakbola baik dalam skala regional maupun skala mondial.

Sebaiknya Anda dan kawan-kawan Anda juga jangan semena-mena terhadap orang-orang yang memberi kritikan dan masukan bagi Anda. Sebaiknya jangan mencari-cari alasan untuk pembenaran diri. Kami yakin bahwa Anda dan kelompok Anda sekarang menyesal telah berbuat yang mengacaukan sepakbola kita. Artinya, pembenaran diri Anda dan kawan-kawan Anda tidak laku lagi, sebab suasananya sudah semraut.

Kami sebagai penggemar, penikmat, dan pendukung sepakbola nasional, tidak terlalu peduli entah siapa yang duduk di kepengurusan sepakbola nasional (PSSI), yang penting bagi kami sepakbola menjadi tontonan yang menarik dan menghibur, serta tentunya bisa berkiprah dan juara di level internasional. Itu saja. Karena itu, jangan ambil lagi kesenangan kami untuk menonton liga sepakbola di tanah air. Kalau Anda masih mengganggu (dengan mengacaukan persepakbolaan nasional seperti sekarang ini), itu berarti lebih baik Anda minggat dari Kantor PSSI saat ini juga.

Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak dan kawan-kawan, kalau masih berkenan membaca surat kami ini. Artinya, ke depan kami masih bisa mengharapkan ada perbaikan, setelah Bapak dan kawan-kawan membaca surat kami ini. Sekali lagi kami minta, bangunlah sepakbola nasional kita ke arah yang lebih baik dan bergengsi di level internasional.

Demikian surat terbuka (peringatan) ini kami sampaikan, atas pemahaman dan pengertian Bapak dan kawan-kawan, kami ucapkan terimakasih.

Tanjungblai-Asahan, 22 April 2012

Teriring Salam dan Doa

Eduardus B. Sihaloho

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun