Mayoritas masyarakat mendukung keputusan menteri pendidikan tersebut. Namun, PKS mengambil posisi yang berbeda dengan keinginan publik. Terbaru, fraksi PKS menolak rancangan undang-undang tindak pidana kekerasan seksual (RUU TPKS) jadi inisiatif DPR.Â
PKS menilai naskah RUU TPKS saat ini belum komprehensif memasukkan seluruh tindakan kesusilaan (selengkapnya dapag dibaca di sini). Padahal, mayoritas publik menginginkan RUU TPKS tersebut segera di-undangkan.
Kedua, PKS kehilangan tokoh kunci
Sejauh ini kader PKS belum memiliki elektabilitas yang mumpuni. Berbeda dengan kader partai lain yang memiliki tokoh sentral dengan tingkat elektabitas yang dapat diperhitungkan.Â
Hal ini bertolak belakang dengan trend elektabilitas partai yang meningkat. Peningkatan elektabilitas partai tidak ekuivalen dengan elektabilitas kader partai. Potret elektabilitas kader partai PKS sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan.
Perlu diingat bagi PKS adalah pemilu 2024 adalah pertarungan figur. Sosok calon presiden berpengaruh terhadap suara partai. Seketika orang akan lebih memilih figur ketimbang partai.
Keuntungan efek ekor jas terbukti pada pilpres 2019. Yang paling diuntungkan adalah PDI-P dan Partai Gerinda. Karena memiliki calon sendiri saat pilpres 2019. Ini yang mesti diingat oleh PKS.
Jika tidak ada kader PKS yang memiliki elektabilitas tinggi, maka PKS hanya sebagai partai pelengkap. Ini pernah dialami oleh PKS selama pilpres 2009, 2014, dan 2019.
Ketiga, isu dan kerja politik yang cenderung eksklusif
Perlu diakui cara kerja PKS cenderung eksklusif dan mementingkan kelompok atau golongan tertentu. Isu politik yang berkembangkan hanya seputar agama. Isu semacam ini tentu berhasil untuk kelompok tertentu namun tidak untuk yang lain.
Alhasil, PKS banyak kehilangan suara di basis masa non-muslim seperti NTT. Padahal partai dengan basis Islam seperti PKB dapat merebut 2 kursi dari NTT. Hal ini karena kerja politik PKB yang lebih inklusif dan bertekad menjadi pelindung kaum minoritas.
Dengan pola kerja partai yang eksklusi, PKS semakin kuat di beberapa daerah tertentu. Namun, dalam waktu bersamaan PKS juga kehiangan suara di daerah yang lebih terbuka. Sayang sekali PKS kehilangan suara di daerah dengan jumlah pemilih yang cukup banyak. Sekian!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H