Oleh. Eduardus Fromotius Lebe
Salah satu hewan peliharaan yang paling kami adalah sukai adalah anjing. Sepertinya bukan hanya keluarga kami saja, hampir semua keluarga yang ada di desa kami memelihara anjing. Hal ini karena anjing dianggap setia dan dipercaya sebagai penjaga rumah.
Tradisi berburu di kampung kami juga mempengaruhi jumlah piaraan anjing. Anjing dibawa serta untuk untuk kegiatan "berburu". Tradisi yang diwariskan turun temurun oleh nenek moyang kami. Tradisi berburu yang biasanya dilakukan disekitar bulan Oktober-November dan terjadi 1 kali dalam setahun.
Sekali pun disebut orang hobi berburu tidak berarti bisa lakukan turut suka. Hobi berburu ini biasanya disematkan pada orang-orang yang pandai berburu saat tradisi berburu tiba. Pandai berburu berarti seseorang bisa menangkap hasil buruan dengan cara melempar tombak tepat mengenai sasaran buruan. Biasanya yang diburu adalah rusa atau babi hutan.Â
Pandai berburu juga disematkan pada orang-orang yang pandai menunggang kuda saat mengejar hewan buruan. Dan biasanya anjing diikutsertakan dalam perburuan karena penciuman yang tajam untuk melacak keberadaan hewan buruan. Setelah dilacak, babi hutan atau rusa pasti keluar dari hutan.Â
Jangan membayangkan hutan di daratan Flores seperti di Kalimantan atau Sumatera. Hutan yang ada di Flores ada hutan Savana. Jadi, kalau babi hutan atau rusa keluar dari dalam hutan maka para pemburu akan mengejarnya. Tentunya dengan menggunakan kuda karena area sekitar Savana merupakan hamparan padang luas. Jadi cocok menggunakan kuda untuk mengejar babi hutan atau pun rusa.
Berdasarkan uraian singkat di atas, peran anjing dalam berburu sangat vital. Bagi orang yang hobi berburu, anjing seperti teman hidup. Sama halnya dengan almarhum Kakek saya. Masih ingat dalam benak penulis, di tahun 90-an kakek memiliki dua hewan peliharaan yang paling dicintai. Hewan peliharaan anjing yang diberi nama Betu dan Wonga.
Betu dan Wonga sering menemani kakek saat menggembala sapi di padang. Kesetiaan tersebut lamban-laun meningkatkan kepekaan masing-masing. Kakek sangat mengerti dengan kondisi kedua anjing nya tersebut dan anjing sangat mengerti dengan apa yang diinginkan kakek. Layaknya anjing yang setia kepada tuannya.
Setiap malam, kakek memasak makanan untuk hewan kesayangan tersebut. Makanan Betu dan Wonga berupa jagung "dititi" dimasak dengan campuran kulit daging buruan yang sudah diawetkan. Jagung yang "dititi" adalah jagung yang ditumbuk menggunakan batu. Jadi, kalau malam hari kesibukan kakek adalah menumbuk jagung. Tumbukan tersebut menghasilkan suara yang khas pada malam hari menjelang istirahat malam.