Oleh. Eduardus Fromotius Lebe
(Penulis, Konsultan Skripsi dan Dosen)
Salah satu tumpuan kekuatan ekonomi suatu negara adalah sektor pertanian. Tidak ada satu pun negara yang meninggalkan sektor pertanian. Arah pembangunan ekonomi di masa depan bertumpuk pada sektor pertanian. Tentu dengan sentuhan teknologi modern.
Bicara soal swasembada pangan tentu berkaitan langsung dengan sektor pertanian. Kekuatan sektor pertanian menopang tercipta swasembada pangan di Indonesia. Gagasan pemerintahan Joko Widodo untuk swasembada pangan tak akan arti bila tidak ada restrukturisasi di sektor pertanian.Â
Restrukturisasi di sektor pertanian berarti mentransformasi seluruh tata cara bertani yang berorientasi pada hasil yang maksimal serta berkelanjutan. Berkelanjutan berarti upaya untuk meningkatkan hasil produksi pertanian tidak berdampak pada buruk pada lingkungan sekitar. Atau juga tidak berdampak pada buruk nya kualitas tanah sehingga tidak bisa dimanfaatkan lagi untuk pertanian.
Restrukturisasi secara besar-besaran bisa memanfaatkan sumber daya manusia yang unggul. Salah satu kekuatan sumber daya manusia adalah generasi milenial. Generasi mineral diharapkan mampu mentransformasi sektor pertanian. Generasi milenial Indonesia diharapkan siap menjadi petani milenial.
Petani Milenial Harapan Bangsa
Petani milenial itulah julukan kekuatan baru di sektor pertanian. Pola kerja petani milenial secara umum berbeda dengan petani konvensional. Petani milenial menerapkan cara kerja yang lebih praktis dengan sentuhan modernisasi teknologi di sektor pertanian.
Petani milenial harus beradaptasi dengan perubahan iklim yang dapat memengaruhi produktivitas pertanian. Percuma melabeli diri sebagai petani milenial bila pola kerja masih mengikuti cara konvensional.Â
Petani milenial merujuk pada mekanisme kerja dalam bertani yang efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan produksi pertanian.