Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Banteng vs Celeng: Menanti Titah Mega, Menunggu Restu Jokowi

18 Oktober 2021   06:00 Diperbarui: 18 Oktober 2021   08:48 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Babang Pacul, Politisi Senior PDIP (sumber: beritasatu.com)
Babang Pacul, Politisi Senior PDIP (sumber: beritasatu.com)

Sebagai respon atas pernyataan Bambang Pacul tersebut muncul barisan celeng berjuang. Bagi sebagian kalangan, melihat ini sebagai gerakan kader Partai melawan elit partai. Kondisi ini dianggap akan sangat berbahaya bagi PDIP. Suara akar rumput harus di kalkulasi dengan cermat agat tidak membias dan tidak terjadi berkepanjangan sampai tahun 2024. Jangan sampai peperangan terjadi di internal partai PDIP sendiri.

Bagi penulis, sah-sah saja dinamika seperti ini terjadi dalam partai. Sebagai partai yang memegang teguh  prinsip demokrasi maka  perbedaan pendapat itu biasa saja. Namun, PDIP harus memastikan bahwa perbedaan pendapat tidak lantas mengarah pada perbedaan pilihan. Jika ketua umum sudah menentukan pilihan maka kader partai harus tunduk pada keputusan partai.

Kader partai sepakat bahwa Ketua Umum Megawati Soekarnoputri memiliki otoritas dalam menentukan calon presiden pada pilpres 2024. Sebelum menentukan calon presiden oleh ketua umum, maka sah-sah saja para kader menyuarakan pendapat siapa yang layak untuk dicalonkan dari PDIP. Akan tetapi setelah ditentukan oleh Megawati Soekarnoputri, sosok yang akan maju di pilpres 2024, maka semua kader wajib tunduk pada keputusan tersebut. Karena keputusan ketua umum tersebut adalah representasi keputusan partai PDIP.

Menanti Titah Megawati Soekarnoputri

Setidaknya ada dua sosok kader PDIP yang diprediksi akan maju sebagai calon presiden di 2024. Ada Ganjar Pranowo dan Puan Maharani yang dijagokan oleh kader-kader PDIP. Ganjar Pranowo sebagai gubernur Jawa Tengah dan Puan Maharani sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). Sama-sama memiliki karir politik yang prestisius.

Orang boleh saja menduga bahwa pernyataan Bambang Pacul tersebut merupakan refleksi sikap Megawati Soekarnoputri terhadap keinginan sebagian kader untuk mencalonkan Ganjar Pranowo di pilpres 2024. Bisa saja benar dan bisa tidak tidak. Sebab, rekam jejak ibu Megawati Soekarnoputri dalam menentukan calon presiden, gubernur, bupati atau pun wali kota juga tetap mempertahankan suara-suara arus bawah.

Selalu mencermati dinamika yang berkembang di kalangan masyarakat. Pengalamannya dalam percaturan politik di Indonesia mengantar Megawati Soekarnoputri pada kepribadian yang tenang dan konsisten. Setiap keputusan nya selalu dinantikan oleh kader partai termasuk rakyat Indonesia.

Masih ingat dalam benak kita, bagaimana Megawati Soekarnoputri memilih Joko Widodo sebagai calon presiden pada tahun 2014. Megawati Soekarnoputri melepaskan egonya untuk tidak maju kembali menjadi calon presiden kala itu. Walaupun kita tahu bahwa peluang Megawati Soekarnoputri untuk maju kembali sebagai calon presiden di 2014 masih cukup besar. Apalagi ada trend kenaikan elektabilitas partai PDIP yang sebelumnya di tahun 2009 hanya berada di posisi ketiga setelah partai Demokrat dan partai Golkar.

Kiri Puan Maharani dan kanan Megawati Soekarnoputri (sumber: jawapos.com)
Kiri Puan Maharani dan kanan Megawati Soekarnoputri (sumber: jawapos.com)

Joko Widodo kala itu sebagai gubernur DKI Jakarta dicalonkan sebagai calon presiden 2014 bukan tanpa penolakan dari kader partai. Penolakan datang dari petinggi partai PDIP Taufik Kiemas yang juga merupakan suami Megawati Soekarnoputri. Namun, pada akhirnya Megawati Soekarnoputri tetap merekomendasikan Joko Widodo sebagai calon presiden di pilpres 2014 yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun