Mohon tunggu...
Eduardo Edho.R
Eduardo Edho.R Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang pribadi yang ingin selalu berkembang dan belajar hal-hal baru, belajar menulis, berpetualang mencari setiap pengalaman hidup yang bermakna!.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penyakit Kemalasan Akademik!

4 April 2012   09:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:03 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam buku karangan Mochtar Buchori “Indonesia Mencari Demokrasi” di salah satu arikelnya yang berjudul “Proses Pewarisan” beliau bercerita tentang seorang mahasiswa yang dengan penuh nafsu menyatakan frustasinya: “Apa yang kami perbuat selaku generasi muda, pak, kalau kepada kami hanya diwariskan pengetahuan kuno, kemalasan akademik dan ketakutan akademik?”

Senada dengan substansi cerita diatas, penulis pun menyadari selama menjadi mahasiswa terlalu banyak muncul pertanyaan yang sama seperti pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang mahasiswa diatas, bukan karna penulis bersikap kritis, tetapi memang kenyataannya demikian. Situasi demikian tentu menjadi persoalan banyak mahasiswa di berbagai kampus karna tidak adanya relevansi antara apa yang diajarkan dengan yang seharusnya dilakukan, salah satu contohnya kita diminta oleh seorang dosen untuk membuat tugas makalah dengan panjang makalah dengan panjang sekitar 20 halaman, sementara sang dosen jarang sekali menerbitkan karya ilmiah (jika tak mau dikatakan tidak pernah), hal inilah yang penulis maksud tidak adanya relevansi dari yang diajarkan dengan yang dilakukan, tentu sangat ironis jika sistem pengajaran di kampus kita demikian.

Secara tidak langsung sang dosen memberikan teladan yang kurang positif kepada mahasiswanya, dan pola pikir kita dibentuk untuk melakukan “apa yang dipikirkan” BUKAN “bagaimana seharusnya kita berpikir”. Sehingga efek yang terjadi pada mahasiswa adalah munculnya kasus Copy-Paste atau dalam bahasa akademik disebut “plagiat” yakni mencatut karya tulis orang lain sebagai hak milik atau karyanya sendiri.

Muchtar Buchori menyatakan bahwa salah satu kelemahan kita dalam kehidupan ilmiah ialah tipisnya keinginan kita untuk melahirkan pengetahuan baru. Pada umumnya kita terlalu puas dengan pengetahuan yang sudah ada, dengan pengetahuan yang dilahirkan orang lain. Kita menderita penyakit kemalasan akademik. Kemalasan akademik yang sudah mengakar kuat dalam alam pikiran akademik kita.

Kita juga dihinggapi penyakit rasa puas diri, pernah suatu ketika saya bertanya pada salah satu dosen mata kuliah yang saya ikuti: “pak, kenapa saya jarang sekali membaca tulisan-tulisan dosen kita di media massa seperti Kompas atau Media Indonesia dan dari buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit besar seperti Pustaka Pelajar atau Gramedia?” belaiupun menjawab dengan sedikit kurang percaya diri : “Dulu ada kok buku-buku yang diterbitkan oleh dosen-dosen kita dan tulisan-tulisan yang di muat di media massa, sekarang aja udah berkurang” jawabnya. Dari jawaban sang dosen tadi saya sempat tertegun sejenak dan berkata dalam hati: betapa cepat puasnya dosen-dosen kita dengan karya yang sudah ada padahal, ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang dan persaingan semakin ketat.

Tentu kita akan sangat merasa bangga jika dosen-dosen dikampus dimana kita menuntut ilmu banyak menghasilkan karya berupa buku-buku baru yang berkualitas serta aktif menularkan idenya yang bernas di berbagai media massa, hal ini akan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi civitas akademika. Dan sudah barang tentu ada prestasi dan prestise tersendiri bagi dosen – dosen yang produktif menghasilkan karya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun