Mohon tunggu...
Media publish
Media publish Mohon Tunggu... Penulis - Indonesia

Berkarya lewat tulisan mu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dinamika Pembangunan Suku Moi "Etnis Multi Bahasa"

19 Juni 2019   10:35 Diperbarui: 19 Juni 2019   13:27 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo kolage: kiri Drs. Stephanus Malak, dan kanan atas Pdt. Domine Eduard Osok dan kanan bawah Mahasiswa Moi Abraham Eduard Osok

Suku Moi adalah suku yang mendiami dataran bumi Malamoi yang memiliki luas wilayah dan penyebarannya cukup besar. Moi sendiri artinya Halus,Lembut. 

Sehingga tak heran jika suku Moi adalah suku yang memiliki karakter lembut dan mempunyai rasa saling mengasihi serta cepat menyatu dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. 

Suku moi sendiri memiliki beberapa jenis bahasa menurut persebaran wilayah tempat dimana mereka mendiami wilayah tersebut. Suku Moi terdiri dari beberapa wilayah yang notabene memiliki bahasa yang berbeda-beda, sebut saja ada Moi kelim, Moi Klabra, Moi Maya, Moi Sigin, Moi Abun.

Moi kelim menempati wilayah persebarannya dimulai dari Pantai Utara Kabupaten Sorong sampai Maladofok sisi Selatan Kabupaten Sorong dan mencakup wilayah Kota Sorong seisinya. Sedangkan, Moi Klabra untuk wilayah persebarannya berada di sisi Selatan Kabupaten Sorong. 

Lalu, Moi Maya untuk wilayah persebarannya di sisi Selatan Barat Daya. Moi Sigin untuk wilayah persebarannya berada disisi selatan tengah kabupaten Sorong. Dan terakhir Moi Abun, untuk wilayah persebarannya mereka adalah sisi timur kabupaten Sorong sampai sebagian sisi utara.

Dari wilayah persebaran ini, maka terdapat berbagai macam bahasa yang berbeda antar Moi Kelim dan Moi lainnya, begitu juga sebaliknya. Hal inilah yang membuat keberagaman dan keunikan suku Moi.

Padahal, kalau mau dikatakan bahwa ini adalah satu suku, yakni Suku Moi. Akan tetapi suku ini memiliki keunikan dari segi bahasa dan karakter bertahan hidup yang metodenya sedikit berbeda. Namun satu hal yang dapat membuat suku ini bersatu adalah dalam konteks "SINAGI" (kasih,mengasihi), pembayaran Mas kawin, persahabatan melalui Sobat kain, kematian dll.

Suku Moi merupakan suku yang dikatakan unik, karena satu suku namun terdapat bahasa yang berbeda-beda. Namun suku ini mempunyai karakter yang sesuai namanya Moi yang artinya Lembut, halus ini mempunyai sifat yang disebut "SINAGI" yang artinya Kasih, mengasihi.

Akibat dari karakter mereka yang lembut, halus dan mempunyai hal kasih yang amat besar, sehingga mereka mampu menerima siapa saja yang datang di bumi mereka Malamoi.

Karakter dan sifat sosial mereka yang tulus dan mulia inilah yang dimanfaatkan orang-orang dengan segala macam kepentingan. Namun, apa yang mereka pikirkan dan lakukan adalah semata-mata menganggap bahwa orang-orang ini adalah saudara mereka yang harus dikasihi.

Namun, dari sifat dan karakter sosial yang tulus dan mulia itu membuat mereka mulai tergusur oleh perubahan zaman yang membawa orang-orang dengan segala kepentingan yang jahat datang dan membuat mereka tergusur dari tanah leluhurnya.

Era Kebangkitan Suku Moi

Suku Moi mulai berangsur-angsur mengikuti perubahan zaman yang cukup cepat. Mereka mulai memahami manfaat dari pendidikan dan ilmu pengetahuan. Hal ini ditandai dengan dimulainya salah satu tokoh yang bernama EDUARD OSOK. Seorang pemuda dari suku Moi ini pada masa anak-anak hingga hingga, beliau mengikuti persekolahan di Sekolah Rakyat bentukan Belanda pasca Belanda masih menguasai pulau Papua. Melalui Sekolah Rakyat (SR) Eduard bersekolah dan pada saat itu ada salah satu Guru jemaat asal Maluku yang menjadi Kepala Sekolah SR. Eduard diangkat menjadi anak asuh dirumahnya sambil menuntut ilmu. Dalam proses menuntut ilmu, Eduard berkenalan dengan seorang Pendeta dari Belanda, Yakni DOMINE FRANK.C.KAMMA selaku ketua Resort Sorong-Doom kala itu. Eduard diangkat oleh Pdt asal Belanda ini dan tinggal di Resort Sorong-Doom sampai Ia selesaikan sekolah di SR dan kemudian melanjutkan ke Sekolah Guru bentukan Belanda di Miei. Setelah selesai dari masa studinya di Miei, Eduard melanjutkan Sekolah guru jemaat di Manokwari.

Setelah masa studinya berakhir dan lulus, Eduard bersama kawannya kembali ke Resort Sorong-Doom untuk bantu-bantu bekerja di Resort Sorong-Doom.

Tidak lama berselang Sekolah Rakyat (SR) kekurangan tenaga guru pengajar, maka Eduard ditugaskan untuk mengajar di SR. Selama menjadi guru berselang 3 bulan, kepala sekolah SR pensiun mengingat faktor usia yang tidak lagi muda. Sehingga saat itu juga Guru Eduard di percayakan sebagai Kepala Sekolah di Sekolah Rakyat bentukan Belanda tersebut. Namun hal itu tidak berlangsung lama pasca Perang Dunia Kedua yang berefek sampai ke Papua kala itu. Akibatnya Sekolah Rakyat ditutup sementara sampai situasi mulai kondusif dan Guru Eduard kembali membuka Sekolah Rakyat.

Saat Guru Eduard menjabat sebagai kepala sekolah, awalnya murid yang jumlahnya hanya sampai 15, meningkat sampai 30an lebih. Sambil mengajar sebagai guru, Guru Eduard juga Melayani sebagai Guru Jemaat untuk melayani masyarakat Moi kala itu sesuai amanat Pdt. Frank C Kamma, bahwa kamu harus mendidik dan melayani suku bangsa mu.

Hal yang tidak terduka dalam planning Pdt. Dominic Frank C Kamma terjadi pasca sabotase Jepang atas kekalahan Belanda sehingga pada saat yang genting karena krisis Pendeta mengingat kekalahan Belanda dari Jepang membuat orang Belanda ditawan dan diasingkan, maka I.S.KIJNE dan DOMINIC FRANK C KAMMA memanggil Guru Eduard datang lalu mereka katakan bahwa Guru Eduard harus siap menjadi Pendeta untuk memimpin dan melayani suku bangsa mu.

Akan tetapi, Guru Eduard menolak hal itu, beliau katakan bahwa beliau belum mampu dan belum layak menjadi Pendeta. Namun, I.S.Kijne dan Dominic Frank C Kamma membujuk Guru Eduard dan mengatakan kepada Guru Eduard bahwa siapa lagi yang akan memimpin dan melayani suku bangsa mu kalau bukan negeri sendiri.

Dengan mendengarkan hal itu maka, Guru Eduard menerima dan saat itu mereka mulai menyiapkan segala sesuatu untuk pentahbisan Guru Eduard menjadi pendeta. Dengan jabatan Pendeta itu pula membuat nama Guru Eduard berubah menjadi PDT.DOMINE EDUARD OSOK.

Menjadi Pendeta membuat Ia tidak terlepas dari tanggung jawabnya sebagai Guru Pengajar. Beliau mengajar sebagai Guru di Sekolah Rakyat sambil melayani umat Tuhan sebagai Hamba Tuhan.

LAHIR PENTOLAN ANAK NEGERI SUKU MOI.

Masyarakat suku Moi mulai berangsur-angsur berubah seiring perkembangan zaman hingga di tandai dengan perubahan taraf hidup dan kemajuan putra/i daerah.

Salah satu bukti konkrit era kebangkitan suku Moi dalam era reformasi adalah terpilihnya seorang anak asli putra daerah suku Moi menjadi Wakil Bupati Sorong, yakni Bpk. Drs. Stephanus Malak yang mendampingi Bupati Sorong Bpk. John Piet Wanane kala itu. Beliau di kaderkan sebagai wakil Bupati, lalu pada periode berikutnya disiapkan maju dalam bursa Pilkada kab.Sorong dan berhasil, lalu terpilih menjadi Bupati Sorong untuk dua periode.

Sebagai anak negeri, beliau sadar akan jati dirinya. Pembangunan mulai gencar diseluruh pelosok tanah Moi dalam wilayah administrasi Kabupaten Sorong. Dikaderkan putra/i asal Malamoi untuk menduduki jabatan-jabatan penting di Lembaga / dinas terkait dalam wacana membantu Bupati mendorong pembangunan fisik daerah maupun pembangunan Masyarakat di Tanah Malamoi.

Kini Masyarakat suku Moi dan Masyarakat yang hidup di Kabupaten Sorong menikmati buah tangan seorang putra daerah asal Suku Moi Drs. Stephanus Malak di era kepemimpinannya kala itu.

Dengan demikian, kini nampak berbagai macam Sumber Daya Manusia suku Moi yang hebat-hebat dengan berbagai latar belakang disiplin ilmu yang siap disalurkan demi pembangunan daerah dan pembangunan masyarakat kabupaten Sorong, terlebih khusus masyarakat suku Moi.

Penulis: Abrahan Eduard Osok, S.E        

Sumbangsih Gagasan dan Kreator:

GPMP Moi Klasaman.

GMNI UNY Yogyakarta.

IPMAMO SEJAWA-BALI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun