Era Kebangkitan Suku Moi
Suku Moi mulai berangsur-angsur mengikuti perubahan zaman yang cukup cepat. Mereka mulai memahami manfaat dari pendidikan dan ilmu pengetahuan. Hal ini ditandai dengan dimulainya salah satu tokoh yang bernama EDUARD OSOK. Seorang pemuda dari suku Moi ini pada masa anak-anak hingga hingga, beliau mengikuti persekolahan di Sekolah Rakyat bentukan Belanda pasca Belanda masih menguasai pulau Papua. Melalui Sekolah Rakyat (SR) Eduard bersekolah dan pada saat itu ada salah satu Guru jemaat asal Maluku yang menjadi Kepala Sekolah SR. Eduard diangkat menjadi anak asuh dirumahnya sambil menuntut ilmu. Dalam proses menuntut ilmu, Eduard berkenalan dengan seorang Pendeta dari Belanda, Yakni DOMINE FRANK.C.KAMMA selaku ketua Resort Sorong-Doom kala itu. Eduard diangkat oleh Pdt asal Belanda ini dan tinggal di Resort Sorong-Doom sampai Ia selesaikan sekolah di SR dan kemudian melanjutkan ke Sekolah Guru bentukan Belanda di Miei. Setelah selesai dari masa studinya di Miei, Eduard melanjutkan Sekolah guru jemaat di Manokwari.
Setelah masa studinya berakhir dan lulus, Eduard bersama kawannya kembali ke Resort Sorong-Doom untuk bantu-bantu bekerja di Resort Sorong-Doom.
Tidak lama berselang Sekolah Rakyat (SR) kekurangan tenaga guru pengajar, maka Eduard ditugaskan untuk mengajar di SR. Selama menjadi guru berselang 3 bulan, kepala sekolah SR pensiun mengingat faktor usia yang tidak lagi muda. Sehingga saat itu juga Guru Eduard di percayakan sebagai Kepala Sekolah di Sekolah Rakyat bentukan Belanda tersebut. Namun hal itu tidak berlangsung lama pasca Perang Dunia Kedua yang berefek sampai ke Papua kala itu. Akibatnya Sekolah Rakyat ditutup sementara sampai situasi mulai kondusif dan Guru Eduard kembali membuka Sekolah Rakyat.
Saat Guru Eduard menjabat sebagai kepala sekolah, awalnya murid yang jumlahnya hanya sampai 15, meningkat sampai 30an lebih. Sambil mengajar sebagai guru, Guru Eduard juga Melayani sebagai Guru Jemaat untuk melayani masyarakat Moi kala itu sesuai amanat Pdt. Frank C Kamma, bahwa kamu harus mendidik dan melayani suku bangsa mu.
Hal yang tidak terduka dalam planning Pdt. Dominic Frank C Kamma terjadi pasca sabotase Jepang atas kekalahan Belanda sehingga pada saat yang genting karena krisis Pendeta mengingat kekalahan Belanda dari Jepang membuat orang Belanda ditawan dan diasingkan, maka I.S.KIJNE dan DOMINIC FRANK C KAMMA memanggil Guru Eduard datang lalu mereka katakan bahwa Guru Eduard harus siap menjadi Pendeta untuk memimpin dan melayani suku bangsa mu.
Akan tetapi, Guru Eduard menolak hal itu, beliau katakan bahwa beliau belum mampu dan belum layak menjadi Pendeta. Namun, I.S.Kijne dan Dominic Frank C Kamma membujuk Guru Eduard dan mengatakan kepada Guru Eduard bahwa siapa lagi yang akan memimpin dan melayani suku bangsa mu kalau bukan negeri sendiri.
Dengan mendengarkan hal itu maka, Guru Eduard menerima dan saat itu mereka mulai menyiapkan segala sesuatu untuk pentahbisan Guru Eduard menjadi pendeta. Dengan jabatan Pendeta itu pula membuat nama Guru Eduard berubah menjadi PDT.DOMINE EDUARD OSOK.
Menjadi Pendeta membuat Ia tidak terlepas dari tanggung jawabnya sebagai Guru Pengajar. Beliau mengajar sebagai Guru di Sekolah Rakyat sambil melayani umat Tuhan sebagai Hamba Tuhan.
LAHIR PENTOLAN ANAK NEGERI SUKU MOI.
Masyarakat suku Moi mulai berangsur-angsur berubah seiring perkembangan zaman hingga di tandai dengan perubahan taraf hidup dan kemajuan putra/i daerah.