[caption id="attachment_80675" align="alignright" width="300" caption="Para Komando Zionist Israel Menyerang Mavi Marmara (sadaka.ie)"] [/caption] Marhaba (judul semula; Israel is The Real Terrorist, Para Komando atau Para Jagal. Refleksi Kebrutalan Dan Bukti Kebiadaban Negara Zionist Israel) Menjelang habisnya tahun 2010, bolehkan saya kembali menuliskan ragam peristiwa yang akan dikenang umat manusia sepanjang masa, yuk. Para Jagal Brutalnya tentara komando angkatan laut (special forces/pasukan khusus/satuan elite) Zionist Israel menembaki aktivis kemanusian di dek Mavi Marmara bikin saya risau gak ketulungan, bikin amarah meletup-meledak, bikin bad mood waktu kerja-istirahat, kepala anget terus, gimana bisa-teganya satuan elit para komando (highly trained military/pasukan khusus) menghabisi para aktivis kemanusiaan (civilians) dengan senapan serbu berpeluru tajam nan mematikan! Sungguh brutal, keji, barbar dan biadab. Satuan elit para komando Israel itu bertindak bak para "tukang" jagal karena membantai aktivis kemanusiaan yang membawa bantuan kepada penduduk Palestine di Gaza yang diblokade oleh Zionist "penjajah" Israel.
[caption id="attachment_80676" align="aligncenter" width="300" caption="gangs of new york (dailyinfo.co.uk)"]
Ngomong2 tukang jagal, saya jadi teringat akan film Gangs of New York, film sadis menegangkan yang berisi full adegan kekerasan-kebrutalan hasil besutan sutradara beken - Martin Scorsese, dibintangi Leonardo DiCaprio, Cameron Diaz dan Daniel Day Lewis. Di film ini, yang diplot sebagai tukang jagal adalah Daniel Day Lewis, dia berhasil memerankan tokoh Bill "The Butcher" Cutting, yakni pentolan geng yang bekerja sebagai tukang jagal sapi-kambing babi (bonbin kalee..) sekaligus "menjagal" sadis para rivalnya dalam konteks hegemoni kekuasaan di pelosok Manhattan. Apa hubunganya dengan kebrutalan satuan elit para komando Israel? Please back to the laptop, taal (arab-mari, ayolah).
[caption id="attachment_80678" align="aligncenter" width="300" caption="Paskhas - Para Komando TNI AU (militaryphotos.net)"]
Para Komando, Special Forces - Expert To Kill Dalam diskursus organisasi militer baik nasional-internasional, kerap dibentuk sebuah satuan tugas (group) para komando pasukan khusus (special forces-SF) yang difungsikan to excute tugas maha penting bin strategis bin paling top plus berbahaya, tugas yang paling top plus berbahaya ini dilaksanakan bukan oleh tentara biasa atau tentara kemaren sore yang baru bisa menembak lurus atau baru gape melempar pisau komando sambil koprol bergulingan di atas tanah atau tentara yang baru mengantongi (jam terbang) belasan kali terjun payung terus mendarat di lapangan bola, bukan mereka. Tapi harus dilakukan oleh grup tentara khusus dengan kualifikasi/kemampuan "para" dan "komando", yang harus menjalani kursus dan latihan di berbagai medan pertempuran (aspek trimedia-darat, laut, udara) yang berat sehingga menjadi highly trained military. Tentara para komando/special forces harus tentara pilihan, tentara yang lolos dan lulus dari berbagai macam ujian/seleksi ketat, mulai dari ujian fisik, mental, IQ-EQ dan lain sebagainya. They are the most best from all the best.
[caption id="attachment_80680" align="aligncenter" width="150" caption="baret sas (platatac.com)"]
Special forces, di-ibaratkan seperti tokoh superhero Rambo (First Blood,1982), dimana dalam film itu Colonel Samuel Trautman menjelaskan sosok Rambo yang notabene tentara serba-bisa; "...You are dealing with a man who is an expert---with guns, with knives, with his bare hands. A man who's been trained to ignore pain, to ignore weather. To live off the land and eat things that would make a billy goat puke. In Vietnam, his mission was to dispose of enemy personnel. To kill, period. Win by attrition". Demikianlah kira2 sosok anggota special forces. #mce_temp_url# Lanjut, dengan kualifikasi "para" dan "komando", mereka harus ahli; beladiri tangan kosong-betako (bare hands), menembak tepat, melempar pisau akurat, "makan cacing" for survival sampai tidur didahan pohon. Urusan menembak; setiap personel bisa menghabiskan ribuan peluru guna tepat membidik mata kanan/kiri musuh dari jarak 100-300meter. Urusan fisik dan tempur jangan ditanya; sarapan paginya berenang bolak-balik puluhan meter, berlari naik turun bukit atau sampai hiking puluhan kilometer dengan beban ransel 30kg, ratusan kali terjung payung dengan lokasi pendaratan berbeda; tanah, sungai, laut, gedung, mobil/kereta berjalan, kapal laut dlsbg. Konon, personil special forces (SF) itu jika rasiokan, maka 1 SF : 2 tentara biasa, 1 SF : 3 or 4 Civillians, hebat bukan? Tapi gimanapun SF tidak kebal bacok dan peluru, toh? Kalau kualifikasinya udah high skilled begini, maka urusan duel/tempur di medan perang yang beresiko tertangkap-disiksa-terluka-gugur semuanya adalah urusan kecil, apalagi jika cuma menghadapi penduduk sipil bersenjata ketapel atau unjuk rasa aktivis kemanusiaan bersenjata pisau dapur? tak ada artinya kan? The Real Terorist, Special "Para Jagal" Forces Vs Aktivis Freedom Flotilla Sejatinya; Special Forces (pasukan khusus/para komando) adalah "ksatria", secara rahasia dan khusus ditugaskan oleh Negara sebagai pelaksana tugas inti "melindungi,menyelamatkan pertahanan dan keamanan" negara. Special Forces dibentuk bukan untuk urusan remeh-temeh, bukan untuk menghalau pengunjuk rasa atau aktivis kemanusiaan, tapi guna melindungi pertahanan dan menghadapi musuh negara nomor wahid yang berbahaya. Tapi, aksi brutal para komando angkatan laut Israel yang menyerang aktivis Freedom Flotilla di atas kapal Mavi Marmara membuktikan bahwa mereka bukan pasukan khusus para komando yang berjiwa ksatria, tetapi bagaikan para jagal yang berjiwa pecundang dan pengecut. Mengapa? Pertanyaan terkait tragedi Freedom Flotilla-Mavi Marmara;
- Mengapa Pimpinan Negara/Militer Israel menugaskan Para Komando Angkatan Laut Israel (Special Forces-SF) untuk menghadang, menyergap bahkan menyerang dengan kekerasan serta mematikan kepada aktivis kemanusiaan?
- Apakah aktivis Freedom Flotilla berbahaya sehingga harus diterjunkan pasukan khusus Para Komando Angkatan Laut?
- Apakah aktivis Freedom Flotilla bersenjata sehingga harus dibalas dengan tembakan mematikan?
- Apakah SF Israel (Komandan-prajurit) layak disebut ksatria jika hanya melumpuhkan aktivis kemanusiaan yang merupakan civilian dan bukan militer?
- Freedom Flotilla adalah misi kemanusiaan, kenapa harus dihadapi dengan aksi militer?
- Freedom Flotilla adalah aktivis kemanusiaan multi nasional dan bukan berisi pejuang Palestina, kenapa mesti diserang?
- Apakah tidak bisa dihindari sebab-akibat kekerasan dengan cara yang lebih "bertahan"? Misalnya hadapi aktivis dengan tameng, pentungan dan gas air mata?
- Mengapa para komando angkatan laut Israel menembak membabi-buta(melukai/mematikan) kepada aktivis kemanusiaan?
- Dimana etika kemanusian dan perdamaian dari (militer/pemerintah) Israel atas aksi brutal ini?
Aksi Terorisme Jelas terbukti, tidak ada kamus kemanusiaan dan perdamaian dari Zionist Biadab Israel atas tragedi pembantaian aktivis kemanusiaan Freedom Flotilla ini. Bukan saya saja dan sebagian kompasianers saja, tapi masyarakat internasional se-antero dunia sangat mengecam/mengutuk kebrutalan aksi penyerangan tersebut. Salahkah jika orang2 menyebut mereka tidak beradab? Coba kita bandingkan dengan nilai2 luhur Pancasila sila ke 2 - Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab? Cukuplah terbukti, saya akan sangat berterima kasih jika ada koreksi terkait teknis soal militer dari kompasianers. Eeh, "ngemeng2", kelompok preman yg menguasai lahan parkir dan tempat hiburan di Metro Jakarta juga terkenal brutal dan kejam seperti misalnya geng Hercules, geng Timor, geng Ambon, mereka menghabisi korbannya dengan golok-samurai, juga tak beradab tenan.*CAT:Catatan Akhir Tahun salam kompasiana salam musim dingin dari qatar salam kangen tanah air
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H