Sekali waktu ada saya simak penilaian presiden terpilih, Joko Widodo tentang politik di Indonesia dan pengaruh politik di sosial media pada suatu acara talk show di Jakarta. Berikut saya kutip :
"Politik kita saat ini menjadi politik yang kurang beradab. Padahal kita yang main orang yang berpendidikan. Kalau baca soal politik di koran, politik kita mau bagaimana?" kata Jokowi.
""Sekarang terutama di sosial media. Bahasanya kasar. Sangat kasar. Mestinya politik gembira," sambungnya.
[caption id="attachment_367307" align="aligncenter" width="640" caption="Kegembiraan Politik Joko Widodo saat debat capres (sumber foto: rappler.com)"][/caption]
Coba para pembaca Kompasiana, perhatikan mimik lepas wajah Pak Joko Widodo saat selesai debat capres dengan Pak Prabowo pada foto di atas. Perhatikan juga posisi tangan Pak Joko Widodo yang rileks menerima dekapan tangan Pak Prabowo.
Kemudian para pembaca bandingkan dengan foto saat Presiden Terpilih Bapak Joko Widodo menemui Pak Prabowo untuk menjalin kekeluargaan dan mengucapkan selamat ulang tahun. Saya persilakan para pembaca menilai sendiri mulai dari mimik wajah dan posisi tangan masing-masing.
[caption id="attachment_367293" align="aligncenter" width="624" caption="Kegembiraan Politik Ala Presiden terpilih Joko Widodo bertemu rival politiknya, Pak Prabowo(sumber foto: bbc.uk)"]
![1413606528385013125](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1413606528385013125.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Saya memang bukan ahli atau pakar isyarat tubuh tapi punya pengalaman sedikit dalam memotret wajah orang-orang. Menurut pendapat saya, wajah Pak Joko Widodo adalah wajah gembira yang orisinal. Wajah kegembiraan bertemu lawan politiknya dengan tetap santun, salah satu perwujudan dari perkataannya di atas dalam memberikan teladan berpolitik yang penuh santun (keberadaban) dan gembira kepada masyarakat Indonesia.
Sesaat lagi warga negara Indonesia akan menyambut pelantikan presiden terpilih Pak Joko Widodo pada tanggal 20 Oktober nanti. Sepanjang sejarah Indonesia, perayaan politik di jalanan bersama rakyat banyak hanya dapat disaksikan saat era kepemimpinan Presiden Soekarno. Presiden terpilih Joko Widodo memilih tema karnaval jalanan dan panggung kegembiraan di lapangan rakyat (Monas) setelah pelantikannya di gedung MPR adalah kemungkinan penyesuaian untuk mengulang kembali kegembiraan rakyat dalam merayakan kemenangan politik yang penuh kegembiraaan bersama, tidak melulu disajikan adu kuat elit politik sebagaimana tayangan di media elektronik dan berita di koran atau majalah sekarang ini.
Pernah saya membaca suatu artikel di internet tentang kegembiraan, disebutkan bahwa gembira adalah suatu hasil dari proses kreatif atau daya cipta dalam diri kita. (sumber). Kegembiraan dapat diciptakan dengan gerak tubuh yang mengaktifkan hormon kebahagiaan (serotonin). Salah satunya dengan mengungkapkan pujian positif kepada diri sendiri, meditasi, atau melakukan kegiatan yang menyenangkan diri kita seperti olahraga, melihat karnaval, menyaksikan aksi panggung artis, melepaskan lampion ke udara bebas di tengah lapangan luas secara bersama-sama. Kegiatan-kegiatan yang menyenangkan tersebut akan disuguhkan pada hari pelantikan Presiden "Kegembiraan Politik" Joko Widodo pada Senin, 20 Oktober 2014.
Semoga revolusi politik "kegembiraan" dan "Keberadaban" guna kesejahteaan rakyat sebagaimana yang dideklarasikan oleh Presiden terpilih Joko Widodo dapat berproses dan larut dengan baik di tengah ekosistem politik yang keruh dan cenderung eksklusif.