Paduan suara "Maju Tak Gentar" menyambut pernyataan mundur para pimpinan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) pada hari ini, 13 September 2019 yang sedianya berakhir Desember 2019.Â
Apakah ini "shock theraphy" terhadap lembaga kepresidenan dan lembaga DPR?
Para pimpinan KPK menyatakan sikap "merasa diserang" dan seakan tak berdaya. Inikah masa tersurut kelembagaan ini, lembaga superbody hukum yang tak berdaya dihadapan kepentingan politik.Â
Teranglah bahwa masih jauh untuk mengedepankan penegakan hukum khususnya penanganan kejahatan luar biasa di negeri ini. Lawan lembaga ini kali ini adalah Kelompok atau bangsa yang kuat memerintah bersinergi dengan bangsa yang lemah (kuat berlindung dari hukum, bukit batu) ibarat singa dan pelanduk bersinergi melawan cicak.Â
Iya, cicak yang dalam kitab suci digambarkan sebagai "binatang yang dapat ditangkap oleh tangan tetapi juga ada di istana-istana raja".
Singa yang digambarkan dalam kitab suci: "yang terkuat di antara binatang, yang tidak mundur terhadap apa pun."
Pelanduk yang digambarkan dalam kitab suci : "bangsa yang lemah tetapi membuat rumahnya di bukit batu."
Gambaran siaran pers KPK yang atmosfirnya penuh sorakan seakan-akan maju terus pantang menyerah sebagaimana sorakan lagu "Maju Tak Gentar" tapi nyatanya menyuarakan kemunduran atau penyerahan mandat ? Makna apa dibalik pembuat suasana dan deklarasi ini, boleh mungkin ini tonggak sejarah kelam bahwa komisi ini akan segera pudar kedigdayaannya. Benarkah demikian.
Saya berharap masalah manajemen penegakan hukum sedianya ditempatkan  di atas segala manajemen kepentingan politik, bilamana negeri ini hendak aman dan sejahtera.Â
Salam Maju Tak Gentar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H