Pendapat ini senada dengan supir taksi maupun pegawai hotel tempat saya menginap terkait kemungkinan masyarakat adat Papua bersatu padu menjadi orang merdeka.
Dugaan Penyebab Insiden Satu Desember
Peristiwa pembunuhan terhadap petugas keamanan dan pekerja proyek diduga berjumlah semntara berjumlah 20 (dua puluh) orang yang sedang membangun koneksi jalan Trans Papua  yakni membangun jembatan penghubung Kali Yigi dan Kali Aurak, Distrik Yigi , Kabupaten Nduga, Papua  dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata yang diketuai oleh Egianus Kogoya, menurut keterangan pers pihak Kepolisian RI.
Ketua Kelompok, Egianus Kogoya diduga merupakan faksi atau sempalan Komandan sayap militer OPM (Organisasi Papua Merdeka), Kelly Kwalik yang awalnya beraksi di wilayah Kabupaten Timika juga diduga sebelumnya telah melakukan serangakaian kejahatan sebelumnya di sekitar wilayah Kabupaten Nduga baik terhadap personil keamanan saat pilkada, proyek Trans Papua, maupun penyerangan fasilitas masyarakat seperti sekolah dan puskesmas sepanjang 2017 hingga 2018 ini.
Komandan penerus OPM, Jack Kemong sudah 2012 yang lalu sudah undur dari pergerakan bersama dengan 23 anak buahnya. Lalu bila demikian mengapa masih hidup faksi OPM yang dimotori oleh Egianus Kogoya ini. Bisa jadi kelompok yang sudah tidak ada komandan menjadi tentara bayaran (mercenary) yang didanai oleh kelompok yang sepaham dengan gerakan Papua Merdeka.
Tak dapat dipungkiri, Papua Merdeka merupakan isu yang senantiasa hidup di tanah Papua. Isu ini juga santer dipromosikan oleh seorang aktivis Papua Merdeka yang saat ini berada di Inggris juga menjabat sebagi Ketua Dewan Musyawarah Masyarakat Koteka (Demmak) bernama Benny Wenda yang sejak awal mengaku membawa suara masyarakat Papua dan tidak menghendaki adanya otonomi khusus sebagaimana yang saya kutip dari artikel kantor berita BBC. Mungkinkah ada keterlibatannya?
Saya sendiri tidak dapat menduga dalang kejahatan tersebut, yang jelas siapa pun otak atau dalang dari insiden satu desember 2018 yang lalu adalah orang atau sekelompok orang yang berniat jahat  menghambat pembangunan di tanah Papua, mungkin akibat trauma kekerasan di masa lalu atau kepentingan golongan tertentu.Â
Jakarta, 7 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H