Mohon tunggu...
EDROL
EDROL Mohon Tunggu... Administrasi - Petualang Kehidupan Yang Suka Menulis dan Motret

Penulis Lepas, Fotografer Amatir, Petualang Alam Bebas, Enjiner Mesin, Praktisi Asuransi. Cita-cita: #Papi Inspiratif# web:https://edrolnapitupulu.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Inilah Jayapura, Pace!

28 Juni 2017   22:09 Diperbarui: 29 Juni 2017   22:37 2514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marka dilarang muntahan pinang di area bandara Sentani (sumber: informasibandara.org)

Seorang sahabat yang sudah sewindu bermukim di kota Jayapura, sebut saja namanya Iting, mengoreksi saya perihal posisi bandara udara Sentani. Menurut saya, setahu saya bandar udara Sentani adalah masih di wilayah Sentani dan sering dianggap sebagai bandara kota Jayapura. 

Menurut Iting, bandara Sentani memang bukan kepunyaan kota Jayapura namun berada di kabupaten Jayapura dan Sentani termasuk wilayah distrik kabupaten Jayapura, berjarak sekitar 24 kilometer atau waktu tempuh dari bandara ke kota sekitar 45-60 menit dengan mobil. Hal yang unik dari bandara Sentani adalah jadwal buka gerbang atau operasionalnya adalah jam 06.00 pagi, sehingga toleransi check-in 2 jam sebelum keberangkatan untuk maskapai bergambar singa yang terbang pas pukul 06.15 pagi menuju Merauke bisa diabaikan, begitu juga dengan maskapai berlogo tiga-vektor yang terbang pas pukul 06.00 pagi menuju Serui. 

Keduanya bisa langsung telat check-in dan langsung naik pesawat. Ini hanya berlaku penerbangan pagi sebelum jam 06.00 di Bandara Sentani, Jayapura. Saya sendiri harus antri mengular sejak pukul 05.30 untuk terbang dengan maskapai burung biru menuju Jakarta yang terbang pukul 07.20 WIT menunggu gerbang buka pukul 06.00 WIT, mengingat kebiasaan datang awal di bandara Soekarno- Hatta, Tangerang. Tak laku di Jayapura... hehehe.

Suasana Bandara Sentani sebelum buka pukul 06.00 pagi (Dokumentasi Pribadi)
Suasana Bandara Sentani sebelum buka pukul 06.00 pagi (Dokumentasi Pribadi)
Saya berkunjung ke kota Jayapura sekitar 3 hari sebelum Festival Danau Sentani yang digelar mulai 19 Juni 2017. Ini kali kedua berkunjung ke kota Jayapura. Baik bandara Sentani maupun penampakan sepanjang jalan hingga ke jantung kota Jayapura, tidak banyak perubahan yang mencolok sejak kunjungan pertama saya pada tahun 2013 yang lalu. Biaya hidup yang relatif tinggi, listrik masih sering byar-pet, muntahan pinang masih marak ditemukan di tong sampah, masih ada istilah orang gunung dan orang pantai, dan bangun dulu bayar kemudian.

Biaya Hidup Kota Jayapura

Hanya satu yang berubah, harga bensin kini setara murahnya dengan di pulau Jawa artinya kebijakan presiden Jokowi satu harga BBM di Papua nyata namun ini tidak serta merta merubah tingginya biaya hidup di Jayapura. Untuk perantau dari pulau Jawa, biaya kontrak rumah di kota Jayapura paling murah sekitar Rp 1,500,000 per bulan untuk ukuran kamar 2 x 3 meter. Biaya makan nasi dan lauk seadanya dan minum seadanya paling murah sekitar Rp 40,000 hingga Rp 50,000 sekali makan. 

Tarif taksi atau angkutan umum meskipun harga BBM sama dengan Pulau Jawa, masih sama seperti harga BBM tinggi mulai kisaran Rp 5,000 - Rp 10,000 per trip untuk jarak yang pendek. Untuk dalam wilayah kota Jayapura, kerap naik dua hingga tiga kali taksi angkot adalah hal yang lumrah. Untuk konsumsi dan pengeluaran serta hal lainnya di laman Badan Pusat Stistik Jayapura tidak ada data terkini, hanya ada laporana kinerja tahun 2014 (https://jayapurakab.bps.go.id/websiteV2/fileMenu/Lakin-2014.pdf ). Tidak ada referensi yang bisa saya jadikan patokan untuk saat ini, hanya temuan di lapangan belaka.

Taxi Papua bercat hijau melintas depan stasiun pembangkit listrik Yarmokh kota Jayapura (Dokumentasi Pribadi)
Taxi Papua bercat hijau melintas depan stasiun pembangkit listrik Yarmokh kota Jayapura (Dokumentasi Pribadi)
Listrik Byar-Pet

Listrik di kota Jayapura masih bisa saya rasakan byar-pet. Instalasi diesel genset untuk tempat umum seperti Mal Jayapura ataupun Hotel Aston menjadi prioritas utama. 

Pada jam operasional mal saja, sejak saya menyantap makan siang pukul 11.00 dan bersantai hingga pukul 14.00 dapat saya hitung kedap-kedip lampu berganti antara listrik PLN dan genset Mal Jayapura mencapai 6 (enam) kali. Untuk masyarakat umum, yang kurang mampu membeli genset dan BBM, hanya pasrah dalam kegelapan dan kegalauan.

Muntahan Pinang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun