Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Valentinsiana] Romansa Kodok dan Panda

14 Februari 2014   09:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:50 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13923434081602104074

Romansa Kodok dan Panda

No Peserta 8

Oleh Edrida Pulungan dan Iswanto Junior

Lantai 3. Nusantara 5, Jakarta

Aku melirik quartzku, sudah jam 3. aku buka kemabali email konfirmasi dari kompasiana. Acara nangkring bareng sekitar jam 16.00 wib bertembat di  Cafe FX. Waduh belum saatnya pulang. This event suppose to be after office hours tapi sudahlah biar sesekali dapat potongan gaji yang penting bisa nangkring, diskusi , nambah ilmu dan teman, dan yang penting happy. I do my own mission finally.

Kulihat bos ku menghisap rokoknya dalam-dalam khawatir dia memanggilku dan memberikan tugas tambahan. Tapi akhirnya dia keluar karena ada rapat. akupun leluasa dan permisi kepada Pak Kepala Biro. Syukurlah beliau mengizinkan. Topiknya soal kependudukan, kampanye dari BKKBN, sepertinya menarik menambah ilmu soal kependudukan, keluarga yang berkualitas dan dinamika demografi indonesia

**

FX, cafe Tertain

Ruangan sudah penuh, semua kursi sudah terisi, tapi ada yang kosong sebelah ujung, posisi meja memanjang persegi dan pembicaranya Pak Fasli Djalal,  setahu saya Beliau sosok birokrat cerdas dan mantan wakil menteri pendidikan yang berpresatsi dan kalau tak salah alumni pertukaran program pemuda indonesia Kanada, Saya senang melihatnya semoga bisa ikut jejak beliau. Saya juga tahun2006 ikut Pertukaran program Pemuda Indonesai-Australia. Biasanya almuni program punya jiwa sosial dan leadership yang tinggi.

Dari kejauhan saya melihat sosok rekan kompasianer. Memang masih banyak yang saya belum kenal. Seorang laki-laki dengan wajah smiling face melihatku datang menghampiri meja dan saya duduk disampingnya. Dia tersenyum, Sepertinya orangnya ramah. Lalu saya meletakkan tas, Blackberry, Android di meja dan mengambil minuman, talkshowpun sudah dimulai

disamping kiri saya seorang kompasianer bernama latif dia PNS Depkeu dan disamping kanan seorang Ibu pejabat dari BKKBN, terakhir beliau memberi kartu namanya. wah lumayan rame pikirku

" maaf Bu, dari BKKBN ya" sapa lelaki itu

" maaf gak dengar, kata saya keras"

" darimana Bu?"

" oh saya kompasianer" respon saya tanpa melihat wajahnya

"ooh" katanya

" kerja dimana Bu"

" Saya penulis"

"kalau mas"?

" saya mahasiswa semester akhir, nunggu skripsi"jawabnya pe de

"what?", masih mahasiswa toh" respon saya kalem dan setengah terkejut

dalam hati saya berpikir, memang mahasiswa paling senang ikut acara , forum, diskusi, jalan-jalan, sampai akhirnya kelupaan kalau harus menuntaskan kuliah.

Untung dia tidak mendengar monolog saya, jika tidak, Mungkin dia bisa balas

" emang masalah buat lho"

rasanya saya mau tertawa dan menahan senyum, ini pengalaman saya pertama kali ikut nangkring, asyik not so bad, dan lelaki yang dipanggil Cahyo itu kompasianer pertama yang saya kenal"

**

Setelah beberapa hari berlalu, kita pun bertemu dalam intensitas yang sering, kadang mengalahkan jatuhnya daun daun yang meranggas di musim gugur. Benakku pun melayang beberapa bulan yang lalu saat terakhir kita bertemu. Afternoon yang indah dengan dua gelas lemon tea, warna kuningnya yang anggun semakin cantik berpadu sinar senja yang temaram,

[caption id="attachment_322511" align="alignleft" width="300" caption=" Pangeran kodok dan panda doc.yulijannaini.wordpress.com"][/caption]

Kita pun terdiam dalam bisu, tak ada yang mau memulai kejujuran tentang perasaan didalam diri masing masing, aku sibuk dengan goretan goretan pena didiarymu, sedang kau mencoba menaklukan gadget yang kau beli kemarin sore biar tak dibilang kolot. Seperti belajar di kampusiana, hari hari yang kita lalui selalu mendapat tinta emas dalam catatanku sedangkan kamu justru sebaliknya, selalu mengingatku dalam labirin hatimu.

Sampai akhirnya kita pun mendapat gelar tertinggi dalam cerita romantisme ‘panda dan kodok’ entah dari mana asal muasal itu terjadi. Aku sangat berharap padamu, menjadi pangeran kodokku yang suatu saat akan kukecup dan berubah tampan ..ah semoga bukan mimpi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun