Riuh jiwa dalam tabir-tabir peluhÂ
Berlalu ia dengan senyuman yang runtuhÂ
Dimanakah dia harus bertumbuhÂ
lalu menjadi pemanggul waktuÂ
yang menengarai matahariÂ
agar terbit berulang kaliÂ
memberi kecupan hangatÂ
untuk tubuh yang meringkihÂ
dalam dingin menusuk yang pekatÂ
Menunggu pelukan hangatÂ
dan senyuman sang dewi yang tak bersekat
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!