Dua puluh tiga tahun lagi
Apakah yang terjadi dengan jiwamu
Apakah merah ranum seperti kelopak mawar merahÂ
yang engkau berikan selepas gerimis hujan di taman
Atau  jiwamu putih gading seperti kamboja y
ang gugur di depan museum kota namun masih menebar wanginya
Apakah jiwamu bertapa sendiri
Merenung senja yang selalu mengirimkan pelangi untuk menemanimu
Ataukah jiwamu gaduh riuh dalam tawa
Karena separuh jiwa lain menemanimuÂ
untuk bersama menitipkan goresan kecil sejarahÂ
 di bilik jiwa yang engkau huni bersamanya
Berbagi pintu dan jendela di bilik yang sama
Dua puluh tiga tahun lagi
Tiada menua
Akan hijau bertunas
Karena jiwa tumbuh dalam udara, tanah, hujan ,Â
matahari yang menyemainya
Jika jiwa itu meyakininya
Hingga pada suatu senja
Sepasang insan duduk diberanda
Terlihat mereka menikmati dua cangkir kopi dan gurihnya nasi ketan
Cucu-cucunya melompat kepangkuan
Mendengarkan dongeng tentang cerita raja dan ratuÂ