Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersenang-senang dan Merenung di Dunia Kampus

9 Februari 2017   18:09 Diperbarui: 9 Februari 2017   19:12 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampus punya cerita tersendiri dalam perjalanan hidup saya. Saya akan coba sharingdengan teman-teman bagaimana pengalaman saya menikmati  kuliah  padatiga universitas negeri dan satu universitas swasta. Kesemua bidang studi yangsaya ambil adalah ilmu sosial ( humaniora). Saya baru tersadar ilmu sosialselalu menarik untuk dipelajari namun tentu lebih menarik untuk di aplikasikandan di gunakan di ranah keluarga, komunitas, bangsa dan negara.

Meskipunsaya sadari sebelum saya kuliah saya mengambil jurusan IPA saat SMU karenadorongan orangrua saya agar kelak saya jadi dokter  dan bekerja di duniamedis mengikuti jejak ibu saya yang bekerja sebagai bidan  menolong danmembantu masyarakat di  daerah. Namun saat unian masuk perguruan tingginegeri saat itu, saya tertarik mengambil IPC (IPA campuran) hingga sata lulusdi Fakultas  Ekonomi Sumatera Utara dan menjalani perkuliahan pada tahun2000, tidak sampai disitu jelang tahun 2001 saya mencoba ujian lagi siapa tahusaya lulus di Fakultas Kedokteran eh malah saya lulus di Fakultas Bahasa danSeni Universitas Negeri Medan pada tahun 2001 di Medan. 

Setelah berpikir,menimbang dan bermufakat dengan orang tua akhirnya saya kuliah rangkap denganmengatur jadwal kuliah seteliti mungkin belum lagi saya sambil kerja jugamengajar bahasa Inggris dan menjadi jurnalis kolom manajemen dan bisnisdi Harian Medan bisnis  agar bisa mengaplikasikan ilmu manajemen saya. Sungguhsuper sibuk dan ketat sekali jadwal saya. Bisa mengalahkan pejabat. hehhehe. Saya juga menyempatkan diri mengikuti organisasi internal himpunanmahasisiwa jurusan dan organisasi eksternal. 

Kuliah di USU membuat saya paham tentang teori ekonomi mikro dan makro, namun saya paling lemah dalam matakuliah pengambilan keputusan dan paling senang kalau ada kuliah presentasi. Fakultasekonomi USU  yang berlokasi di Jalan Dr, Masyur dan lebih sering disebutPadang Bulan di tahun 2000 an dikenal dengan "kampus borjuis" saatospek memang terasa parkir mobil penuh dengan mobil-mobil mahasiwa yang superkeren dan biasanya nongkrong di Kafe dan pajak USU yang saat itu lagi Hype. 

Disanalahsyurga bagi mahasiswa USU untuk menjajal kemampuan entrepreneurshipnya banyakjuga yang sukses jualan peralatan stationary, makanan dan minuman dll. Oh ya Biasanya saya langsung di  take sama teman-teman agar masuk kelompokmereka, padahal saya gak bisa lama-lama hang out di kampus, Jadwal pagi jam 08.00 wib sampai dengan jam 10.00 wib saya di Fakultas Ekonomi USU sedangkanjam 12.00- 16.00 saya kuliah di FBS Universitas negeri Medan karena banyak matakuliah teori dan praktek. Mata kuliah yang menyenangkan adalah reading,speaking dan microteaching.Belum lagi melihat semangat teman-teman dari daerahyang kebanyakan dari tapanuli utara yang terkenal semangat dan gigih membuatsaya tertular. Namun jujur saya kadang merasa kampus Unimed sangat romantis,karena begitu saya sampai dan turun dari angkot 103 dan berjalan kedalam kampusyang terasa angin semilir, hijaunya pohon-pohon tua dan alunan musik piano danbiola. Lengkap kemacetan, kepanasan kota Medan terbayar di kampus yangberlokasi di Pancing. Dan saya siap-siap lari menuju lantai tiga sebelumterlambat sering rebutan kursi karena mahasiswanya rame belum lagi dengan tasyang berat dengan banyaknya diktat. hehehehe. 

Tapi kenangan terindah banyaksekali dosen-dosen yang senior dan profesor dari luar negeri . Terkadang salutsekali dengan kesabaran dan dedikasi pengabdian mengajar mereka. DosenStatistik yang saya  ingat Prof. Arua, Saya dapat A sampai sayajingkrak-jingkrak. Otu mata kuliah paling sulit. Jika terlambat datang langsungdi usir tak bisa masuk. Tapi saya tak pantang mneyerah saat jam istirahat, sayadatanbi ruangan beliau dan mohon penjelasan mata kuliah tersebut dan beliaudengan senang hati mengajari artinya prof teresebut lupa, saya yang diusirnyatadi, inilah the power of positive thingking. Hehehe. wakyu sangat berhargabagi saya kala itu.

 Dikampus  USU, saya malah tak banyak terlibat dalam dunia entrepreneurshipnamun ikut organisasi yang kami gagas bersama rekan Fakuktas Sastra namanya USD( USU Society For Debating) komunitas anak debat  yang melatih kemampuankritis, kreatif dan problem solving dengan berbahai isu dengan menggunakansistem Australia parliamentasy Debate) dengan menggunakan dua  pihak yaknigovernment dan Opposition.

Komunitas ini yang membawa saya terbang untukmengikuti lomba debat antar Uniersitas Se - Indonesia mulai dari UniversitasIslam Indonesia ( UII), Universitas Udayana, Universitas Bina Nusantara,Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan universitas lainnya baik sebagaipeserta lomba debat dan Adjudicators ( jury). Dan ini berlanjut hingga sayamenjadi dosen dan Head of education di salah satu kampus swasta nasionaldi Indonesia dan kelak juga dalam posisi government mungkin karena kebanyakankuliah di universiatas negeri hehehe  ( untuk topik ini, saya akantuliskan dalam sesi career and development). Oh ya dosen yang saya ingatBu Prof, Ritha Dalimunther, Arlina Nurbaity.

Dr. Rer, Reg. Sirozuzilam. dan dekan tercinta Alm. John Tafbu Ritonga yang selalu minta dibawakankoran terbaru Medan Bisnis, (pertemuan terakhir saya menelpon beliau saat jadi pembicara tamu di Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia) bersama Gubernur Gatot terkait potensi  pengembangan perkebunan di Sumatera Utarayang saya hubungi via telepon karena tak bisa hadir di gedung nusantara Vterkait harus mengahadiri sidang S2 Hubungan Internasional, Jurusan Diplomasi (Universitas paramadina) di jam yang sama. Ternyata itulah pertemuan terakhir.Saya ingat saat beliau jadi pembantu rektor III dia selalu mendahulukan sholatdan kemudian menemui mahasiswa yang berurusan dengannya. 

UntukUniversitas Paramadina sendiri yang saya tidak lupa adalah  Pak Durojatun Kuntcorodjakti yang mengajar mata kuliah geopolitic, Pak Makarim Wibisonamantan dubes untuk US dan PBB mata kuliah diplomasi ASEAN dan juga Pak AniesBaswedan yang sat itu jadi rektor saya juga ibu Dewi Fortuna Anwar  yangterus memotivasi saya agar segera mabil S3 (butuh semangat extra) terakhir bertemudengan beliau dalam acara diplomatic gathering.

Dekan saya saat itu bu DinnaWisnu juga menggembleng saya agar merampungkan study dan akhirnya saya sangatmengingat jasa Bapak  Nazaruddin  Nasution mantasn Dubes Cambodiayang saya harus kejar- kejar ke gedung Kementerian luar negeri, acara ICWAhingga kampusnya mengajar di al Azhar. Saya merasa beliau sosok istimewa danberdedikasi seorang diplomat, birokrat, akademisi, penulis dan aktivis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun