Wahai pantai yang mencintai senja
yang masih merindu ombak yang  pergi
Lihatlah perempuan pemimpi  pecinta puisi ini
Masih tak percaya menerima anugerah rekor MURI
Saya adalah perempuan pecinta puisi. Entah mengapa puisi yang penuh misteri, klasik bahkan metaforik  bagi saya menjadi menarik. Kadang-kadang saya mencoba menulis berbagai puisi sebagai refleksi perjalanan dan renungan-renungan kecil dalam memorial kehidupan bahkan hal-hal misteri, gagasan dan impian yang tidak selesai saya pikirkan di kepala saya, maka akan saya ramu menjadi puisi. Namun  entah mengapa sebagai seorang pembelajar yang masih minim pengetahuan dan pengalaman saya merasa puisi itu adalah kehidupan saya sendiri. Saya harus meneruskan menulis bait demi baitnya agar menjadi tuntas. Padahal puisi tak perlu sempurna cukup menjadi dirinya namun bisa mengirimkan pesan dan memnggugah hati setiap insan
Berawal dari sebuah inspirasi  dari mempromosikan perdamaian melalui karya sastra dan budaya yang saya kirimkan sebagai proposal dalam perhelatan Forum Perdamaian Paris ( Paris Peace Forum) 2019 yang menampung gagasan multilateral dari berbagai belahan dunia membuat saya yang masih kurang jam terbang mencoba menawarkan gagasan dan cara pandang. Hingga ide saya diterima dan mendapat undangan untuk menghadiri forum tersebut dan bertemu banyak tokoh dunia seperti Sekjen PBB  (Antoni Gutteres),Ursula Gertrud von der Leyen (Presiden Komisi Eropa) , Emmanuel Macron ( Presiden Prancis) dan tokoh- tokoh dunia lainnya
Hingga  pada satu kesempatan saya berada dalam whats up grup sesama penulis yang diantaranya Pak Jaya dan pernah menjadi narasumber webinar satu pena dalam buku antologi " Kemanusian dimasa Wabah Corona".  saya senang dan bahagia sekali dan akhirnya  saat pagi hari yang istimewa saya memberanikan diri menelpon beliau dan ternyata diangkat. Saya makin kaget dengan sosok produktif dan multi talenta ini. Saya berbincang santai dengan Pak Jaya Suprana sosok perekat bangsa yang tulisannya sudah saya baca sejak SMP. Pak Jaya memang sosok cerdas dan bicara dengan beliau seolah ringan tapi sangat filosofios. Kmai berbicara tentang tema kebangsaan, toleransi serta seni budaya. Pak Jaya juga sangat lihai bermain recital piano, impian saya kelak bisa baca puisi diiringi piano beliau.
Saya merenungkan pembicaraan kami yang terasa singkat padahal hampir sejam lebih, hingga saya bercerita saya suka menulis puisi puisi bertema kebangsaaaan, sosial budaya dan perdamaian. Seperti seorang anak yang kehilangan sosok panutan dan mentor saya bercerita sedikit tentang pengalaman mempromosikan sastra dan budaya di forum perdamaian di Prancis tahun 2019 yang setahun sudah berlalu dan buku saya dipajang di Globe Peace libarary Paris dengan 57 kontributor tokoh dunia lainny. Memang Etalase perpustakaan tersebut dipersembahkan untuk Presiden dan tokoh dunia yang menyerahkan buku mewakili negaranya.  Saya beruntung buku saya yang berjudul " The Paece Message of The Earth " ( Pesan Damai Bumi) menjadi koleksi perpustakaan tersebut setelah dikurasi secara internal oleh tim Panitia Paris Peacxe Forum" bahkan meraka meminta dimana saya inginkan buku itu diletakkan, hingga saya minta diletakkan di sebelah kanan berdekatan dengan buku Ketua Komisi Uni Eropa ,Ursula Gertrud von der Leyen, Sosok perempuan inspiratif, Presiden Komisi Eropa yang pernah jadi Menteri Pertahanan Jerman  ke delapan Tahun 2013
Akhirnya saya menerima undangan yang masuk ke email saya pada tanggal  1 Juli 2021 dengan isi sebagai berikut "
Jakarta, 1 Juli 2021
SURAT KETERANGAN