Perjalanan kehidupan setiap insan di muka bumi memang beragam dan penuh warna, demikian juga dengan Sosok Ayana, perempuan korea yang mencari ilmu dan islam hingga merantau ke negeri Malaysia dan Indonesia serta dalam proses mencari jati diri ditengah keterbatasan teman, uang dan informasi akhirnya menemukan cita-cita hidupnya. Menemukan teman-teman yang mendukungnya serta menjalani silang budaya di tempat yang baru
Hal tersebut terangkum dengan indah dalam buku Ayana Journey to Islam telah di launching tanggal 1 Maret 2020 pada event Jakarta Book Fair di Jakarta Convention Center. Sebelum dirilis untuk publik, buku ini telah mendapatkan respons baik dari pembaca, dengan mencatatkan penjualan 1.650 eksemplar pada pre-order di salah satu aplikasi belanja online, awal Februari lalu, Launching tersebut juga dihadiri ibu dan adik laki-lakinya, Â sahabatnya Dian Pelangi serta istri gubernur, Athalia Ridwan Kamil serta para fansnya
Ketika mempelajari Islam, ia merasakan kedamaian yang selama ini tidak pernah ia rasakan sebagai remaja yang hidup penuh tuntutan. Ia pun memutuskan untuk menjadi mualaf. Keputusan besar ini mengejutkan keluarga dan teman-temannya. Saat Ayana ingin belajar lebih jauh tentang Islam di luar Korea, keluarganya memutus dukungan finansial.Â
Ia pun harus bekerja di beberapa tempat sambil tetap sekolah untuk mewujudkan cita-citanya. Ayana akhirnya berhasil pergi ke Malaysia, namun keadaan begitu berbeda dari yang ia bayangkan. Ia hampir menyerah dan memutuskan akan kembali ke Korea. Sebelum pulang Ayana sempat singgah di Indonesia, dan di negeri inilah hidup Ayana berubah.
Dalam buku tersebut, Ayana bertutur "Kakekku merupakan sosok yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas. Tidak hanya kakekku, pamanku juga sering bepergian keluar negeri untuk bisnisnya. Karena pekerjaan, mereka pun sering melanglang buana. Ketika kembali ke Korea, mereka sering bercerita tentang apa yang mereka lihat, apa yang mereka dengar, dan apa yang mengejutkan mereka.Â
Salah satu hal yang berkesan, meskipun bukan dalam arti positif, adalah impresi mereka tentang negara-negara Islam, yang pada saat itu menjadi topik hangat di Amerika dan Korea karena adanya Perang Irak,"
Ayana teringat, kakeknya bercerita tentang perempuan-perempuan muslim dan bagaimana mereka berpakaian dan merasa, itu adalah kali pertama dalam hidupnya punya kesadaran tentang konsep agama dan semakin penasaran dan mulai mencari tahu tentang dunia islam, Pencarian Ayana mengenai Islam kemudian dilanjutkannya dengan membaca buku, menonton berita atau dokumenter, dan juga mencari di internet.Â
Sampai duduk di bangku SMP, ia masih terus berusaha mempelajari budaya Islam dengan usahanya sendiri. Hingga suatu saat, Ayana menemukan buku-buku tentang studi Islam di Korea yang ditulis oleh seorang Profesor. Ia pun membaca semua buku tersebut, dan bahkan, mulai menghadiri acara-acara seminar atau kuliah umum yang menampilkan profesor itu sebagai pembicara. Semakin besar keyakinannya untuk memperdalam studi tentang Islam.
Di usia 16 tahun, Ayana memutuskan untuk masuk Islam dan menjadi mualaf. Ia ingin serius menjadi seseorang yang terpelajar dalam studi Islam, sehingga dengan masuk Islam, ia berharap akan bisa melakukannya dengan lebih sungguh-sungguh. Ayana juga memutuskan untuk pindah ke negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, karena ia sadar bahwa ambisinya mempelajari Islam tidak akan terpenuhi di Korea.Â
Malaysia menjadi pilihannya. Publik Indonesia mulai mengenal Ayana setelah wawancaranya di sebuah acara televisi menjadi viral di media sosial. Ayana meman seorang selebram yang akhirnya menjadi bintang iklan satu brand kosmetik kecantikan Indonesia