Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

In Memoriam Chairil Anwar, Prasasti Sang Pujangga dari Sumatera Utara Hingga Leiden

26 Juli 2016   18:55 Diperbarui: 27 Juli 2016   08:08 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1: Chairil Anwar Sastrawan Angkatan 45 Asal Sumatera Utara Doc 2mapa.0rg

Chairil  memmang pemuja buku dan sastra. Tercatat nama perempuan yang dikaguminya seperti Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun akhirnya cintanya jatuh kepada gadis Karawang bernama Hapsah Wiraredja pada tanggal 6 Agustus 1946 dan Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta cera pada akhir tahun 1948. Saat anaknya berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda.  Anak hasil pernikahan Chairil Anwar bernama Evawani Alissa Chairil Anwar.

Akhir Hidup Chairil Anwar

Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya, yang bertambah lemah akibat gaya hidupnya yang semrawut. Sebelum dia bisa menginjak usia dua puluh tujuh tahun, dia sudah kena sejumlah penyakit. Chairil Anwar meninggal dalam usia muda karena penyakit TBC Dia dikuburkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari zaman ke zaman. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.  Namun Chairil anwar tercatat sebagai pelopor Angkatan ’45 yang menciptakan trend baru pemakaian kata dalam berpuisi yang terkesan sangat lugas, solid dan kuat. Dia bersama Asrul Sani dan Rivai Apin memelopori puisi modern Indonesia

Sebagai Refleksi mengenang sastrawan Chairil Anwar, saya akan tuliskan puisi mengenang karya-karyanya yang abadi dan kepergiannya di usia muda

Puisiku abadi di lembaran suci

Puisi-puisi itu
 Tercecer,terlupa, terbit, terbingkai, terprasasti
 Pada lembar lembar kusam dan putih
 Lalu menjadi abu abu terbaca olehmu
 Engkau pasti mencari bait bait yang hilang
 yang tersembunyi di temaram malam
 Atau dilarikan matahari
 Untuk beribadah esok pagi
 Bersama sepotong ucapan selamat pagi


 Kirimkan puisi yang abadi
 Tuliskan bait terakhir kesayanganku
 Di nisanku
 Di jiwaku
 Atau di lembaran pertama

Setelah hadiah surat Yasin
 yang dibacakan untukku
 Dengan photo terbaik
 Dengan senyum manisku
 Saat aku menuliskan bait pertamaku

Biarkan puisi terakhirku abadi
 Pada kata dan mantra terbaik
 yang kutuliskan sepanjang hayatku

Juli, 26th,2016,Pejompongan 11

Referensi:

http://id.wikipedia.org/wiki/Chairil_Anwar
http://penyair.wordpress.com/2007/02/05/biografi-chairil-anwar-1922-1949/
http://id.wikipedia.org/wiki/Chairil_Anwar
http://edpulungan.blogspot.co.id/2016/07/in-memoriam-chairil-anwar-26-juli-1922.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun