Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Status Quo Peradaban

11 Mei 2016   08:59 Diperbarui: 11 Mei 2016   09:07 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Masihkah engkau percaya dengan harapan

Setelah engkau ditinggal janji-janji manis dan khayalan

Masihkah engkau percaya dengan janji

Sekian lama engkau menunggu ketidakpastian

**

Masihkah engkau mampu memaknai indahnya

rangkaian kata dalam puisi

Jika setiap baitnya tak memberi arti

Apakah engkau memang terlena

Mendengar kata–kata yang tak bermetamorfosis

menjadi aksi asa

Namun mengapa engkau tetap saja bertahan

Menumbuhkan harapan kecil dalam perjalanan diam

Melihat sisi kebaikan dalam setiap kekecewaan

Membangkitkan nyala di jiwa

dan berhenti mengutuk kegelapan

**

Status quo peradaban yang bertahan

Sekian lama

Engkau terbungkam

Tapi semua dialektika

Tidak akan pernah memasungmu

Engkau merdeka dalam ketabahan

Meskipun ragamu di puncak menara gading

**

Engkau berjalan selangkah demi selangkah

menuju puncak pencapaian

Dan semua berubah dan terbelah

menjadi keajaiban-kejaiban kecil

yang membahagiakan

**

Kemarin dihari yang muram, gelap dan mendung

Engkau masih percaya pada sosok pembawa harapan

Menunggunya meski sekian lama

Mereka masih di lingkaran kuasa

**

Hitungan tahun berganti dan meninggalkan senja terakhir

Mungkin kamu sudah lelah, berjalan, melangkah, mendaki dan turun lagi

Kau siapkan  jiwa merdeka yang tak pernah menyerah pasrah

Engkau seperti prajurit dengan seribu nyawa yang rela kalah dengan gagah

Meski kau temui ragam jiwa yang mengganti-ganti topengnya

Engkau disekitar mereka, terasing, lau kau berputar seperti desing

Melihat, mendengar dan merasakan kepura-puraan mereka

dalam bahasa ketulusan

Namun kau tetp saja dengan jiwa besarmu

Karena engkau terlahir dari rahim keberanian

**

Engkau mungkin terlalu hijau memahami semua

kisah drama dalam setiap episodenya

Engkau tidak pernah terlewat

menjadi seorang penonton dan bukan pelakon

Namun mengapa status quo kesabaran

masih kau kau rawat utuh

**

Terlalu sederhana engkau berpikir

untuk menghadirkan kemewahan rasa

Menuju jiwa yang anggun

yang tidak terbeli meski dikunci mati

Jiwamu besar dalam keteguhan

Meski dinasti mereka tak akan tergoyahkan

**

Lalu hari itu tiba, saat pintu gerbang akan ditutup

Keajaiban hadir saat status quo kesabaran

 merubah wajahnya menjadi keikhlasan

Sambutlah semua harapan dan impian

yang kau damba dengan sukacita

Status Quo kesabaranmu tersemai indah.

Tak berbatas

Bebas

Keterpasungan runtuh sudah

***

Euforia reformasi memanggilmu

Dan kau  memanen asa

Engkaulah pemilik jiwa besar

yang bersanding dengan keajaiban

dan pergi dengan darah syuhada

sebelum prosesi wisuda tiba

Engkau pergi dengan paripurna

Dan jiwayang terbebaskan

Dalam sejarah peradaban

Engkau pergi meninggalkan pesan

Memberi halaman baru  

untuk status quo peradaban

12 Mei 2016, Senayan

Persembahan untuk para korban mahasiswa Trisakti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun