[caption caption="Masyarakat Baduy di Roda Zaman : Menyentuh Dunia Hening Tanpa Aksara"][/caption]
Kali ini perjalanan saya, bukan perjalanan biasa
Namun perjalanan yang luar biasa dan berharga
Perjalanan yang memperkuat sisi bathin saya
Perjalanan yang memperkuat kedamaian hati saya
Perjalanan tentang kesederhanaan,
keseimbangan dan pilihan hidup saya
Perjalanan yang sebahagiaan hanya bisa direkam
oleh lensa mata saya
namun akan terkenang dalam hati saya selamanya
Ini adalah kisah serta cerita-cerita yang tercecer dalam perjalanan saya, kelak tulisan ini akan jadi sejarah bagi keluarga kecil saya
buat ibu dan adik-adik saya, suami saya, anak-anak serta cucu saya, juga Buat almarhum Bapak yang sudah bahagia disana
Jika kisah Bapak adalah soal perjuangan nya memberdayakan masyarakat buta hurup di Nias, maka kisah saya adalah mempelajari masyarakat terasing di Daerah Banten
Tepat tanggal 15 November 2015, di hari minggu pagi, bertepatan jam 07.30 perjalanan saya menuju Baduy dalam akan dimulai..
Ujian untuk berangkat ke Baduy Dalam
Setelah makan pagi di rumah Bu Bidan Eros, saya menuju bus dan membawa sarapan karena kami harus kembali lagi jam 14.00 untuk pulang ke Jkaarta, dengan waktu terbatas akhirnya saya akan memulai perjalanan saya, Mungkin ini adalah perjalanan spirutual saya, karena saat saya masuk bus dengan bahagia, saya mendapatkan perkataan yang cukup pedas dari seorang teman kampus yang mengatakan " kamu yakin kamu kuat, Kamu akan merepotkan semua orang, nanti jika kamu seperti itu akan kami tinggal kamu disana, jika kamu ngobrol lama"sambil jarinya menunjuk-nunjuk ke arah saya. Dan sosok teman saya ini adalah laki-laki yang tak pernah ngobrol dan berinteraksi dengan saya sebelumnya. Sehingga saya cukup terkejut ketika dia seperti setengah mengancam dan seolah menyurutkan niat saya untuk pergi. Karena nait saya adalah untuk merampungkan mata kuliah penelitian kwalitatif dari kampus, dan sedang berada di kampung orang saya langsung sadar dan istigfar di hati"
Lalu saya berkata dengan tenang. Mudah-mudahan saya kuat. dulu pernah ikut pramuka, bismillah" kata saya membalas perkataannya yang menyakitkan itu. Saya langsung teringat, kaki saya sudah menapaki shofa dan marwah di makkah, sudah menapaki pedalaman aborigin di " Ayers Rock, Alice Springs, Australia" kaki saya akan mampu menemani saya melangkah ke desa baduy dalam, Cibeo.
Lalu saya makan sarapan nasi box serta berdoa dan berzikir selama perjalanan, saya sempat tertidur, meski hati saya sempat sedih dan kecewa, saya mantapkan hati saya, bersihkan dan ikhlaskan langkah saya Allah, saya sedang diuji untuk menuntut ilmu, dan engkau uji saya dengan hambamu yang merendahkan kekuatan fisik, jiwa dan raga saya sebagai perempuan. Namun engkau yang maha kuasa, yang memebri kekuatan dan kesabaran..