Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perempuan 30 Tahun Belum Menikah? Cari Sisi Positifnya

20 Januari 2016   20:08 Diperbarui: 21 Januari 2016   08:59 1297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi: Daily Mail"][/caption]Ketika Menunggu Menjadi Inspirasi tak terbatas
# Waiting is Inspiring for single women 30 Up,

Lumrahnya, di seluruh daerah di Indonesia, menjadi perempuan di usia siatas 30 tahun dan masih saja sendiri dan belum menikah, akan menjadi omongan orang. Bahkan orangtua cenderung mendesak atau terkadang intervensi dalam perjodohan, ada yang sukses dan ada juga yang gagal meninggalkan luka. Kondisi yang berbeda dengan perempuan yang tinggal di kota besar, masyarakat modern lebih paham kondisi perempuan tersebut dan lebih demokratis.

Meskipun dalam ajaran agama menikah harus disegerakan karena ada nilai ibadah dan kebaikan. Namun tidak semua perempuan beruntung mendapatkan calon pendamping hidup yang menjadi imam dan kaptennya dalam berlayar tepat waktu, karena menikah juga bukan lomba lari dan perlu kehati-hatian meniti, Mengingat berdasarkan data kementerian agama tahun 2015 tingkat perceraian pada keluarga muda dibawah lima tahun sangat rentan. Menikah adalah membangun peradaban menuju kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat kelak.

Lalu bagaimana kondisi perempuan single menyikapi dirinya ketika terjadi pada kondisi seperti paragraph awal yang saya sebut diatas. Jika perempuan yang dimaksut memiliki jiwa besar dan bisa menjawab secara diplomatis, kritis dan cerdas tentang pertanyaaan ” Kapan Menikah”? Maka hal tersebut tidak akan menjadi masalah dan membuat tersinggung dengan pertanyaan yang super menyinggung perasaan wanita kareana ada aroma negatif di balik pertanyaan itu seperti tidak laku, milih-milih dan tidak ingat umur dan sebagainya

Namun sisi menarik dari kondisi tersebut, bagi perempuan yang belum menikah diusia kepala tiga bisa dijadikan ”Tipping Point” meminjam judul bukunya yang cukup best seller dari Buku pertama Malcolm Gladwell yakni keadaan saat ajaib ketika sesuatu yang dianggap sebagai persoalan diubah menjadi kondisi posif dan penuh peluang meskipun buku ini lebih berkonsep bisnis, manajemen dan tren dalam implementasinya, namun dengan imajinasi dan sikap positif kondisi single memiliki sisi tipping point juga

Kenapa bisa demikian?

Beberapa perempuan yang belum menikah bisa melihat sisi positif dirinya dan membangun kepribadiannya dengan baik, karena penantiannya akan menghadirkan inspirasi. Bagaimana tidak selama perempuan tersebut masih sendiri dia bisa membekali dirinya dengan menimba ilmu untuk masa depan keluarganya kelakm dimana dia akan jadi ibu dan guru bagi anak-anaknya. Dia juga bisa jadi teman diskusi dan penasihat merangkap konsultan tak berbayar untuk suaminya. Bahkan perempuan tersebut juga bisa menggali pengalaman dan mencoba berbagai bisnis seperti wirausaha karena kelak jika dia sudah berkeluarga dia bisa membantu perekonomian kelaurganya jika dibutuhkan, karena resiso seorang wanita yang berkeluarga adalah cerai hidup ( suami menikah lagi) atau cerai mati (suami wafat) jadi dia bisa bertahan untuk masa depannya. Bukan hanya itu perempuan yang belum berkeluarga juga bisa berbakti pada orangtuanya dengan memberangkatkan haji atau umroh dari penghasilannya sendiri atau menemani dan merawat orangtuanya yang masih hidup atau sedang sakit

Apalagi? Masih banyak seorang perempuan yang belum menikah juga punya waktu untuk melakukan aktivitas sosial membantu masyarakat di bidang pendidikan, budaya, politik, sosial dan lain-lain. Saya akan tuliskan beberapa profil perempuan single yang bisa bermanfaat bagi dirinya, keluarganya dan masyarakat serta negara dalam artikel saya berikutnya.

Dan diatas semua contoh tersebut diatas, perempuan tersebut akan tertempa menjadi pribadi yang dewasa, cerdas dan bijaksana jika dia bisa mengendalikan dirinya dalam kesendiriannya. Energinya yang lama dalam penantian akan bisa dikonversi menjadi energi kesetiaan ketika dia menikah kelak, karena dia sudah melewati banyak kondisi dan pengalaman hingga akhirnya pada waktu yang tepat dia menemukan pasangan hidupnya dengan izin-Nya.

Jadi sejatinya setiap perempuan adalah mata air kehidupan, apapun kondisinya dia memiliki potensi yang luar biasa untuk menjadi manfaat dan menjadi agen kebaikan, kebermanfaatan, kemaslahatan dan kesejahteraan untuk sekitarnya, karena ketika hujatan, sindiran. fitnah, cibiran dan bully menerpa maka kembali berpikir positif. Usia manusia terlalu singkat untuk berdiam diri dan bimgung akan keberadaanya, Tampung semua kecewa, sakit hati dan keminderan yang sempat terlintas, jadilah perempuan yang bermanfaaat dan berjiwa besar. Bukankah perempuan yang berjiwa besar di tenun olehNya untuk berdampingan dengan lelaki yang berimpian besar kelak. Menunggu adalah inspirasi tak terbatas. Tersenyumlah untuk dirimu, untuk dunia dan untukNya yang telah mempersiapkan rencana terindahNya untukmu. So waiting is inspiring is it?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun