Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Gusdur Presiden Indonesia Paling Pintar Bergaul?

1 Maret 2014   00:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:21 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1393582080331203357

Saya begitu tertarik mengikuti sebuah diskusi buku "Gusdur dan Masa depan Papua hidup damai dengan dialog" yang diadakan di komplek parlemen Senayan. Mungkin karena saya melihat konteks dialog dalam diskusi tersebut dan korelasinya saat saya membaca harian Sindo hari ini tentang pilihan hidup penduduk dunia yang berasal dari survey  The Global Advisor Wave 2009 oleh IPSOS tahun 2012.

Ternyata setiap negara punya kecenderungan pilihan yang berbeda. Masyarakat Indonesia memilih menjadi kreatif sebesar 75 % daripada pintar, Bandingkan dengan jepang yang memilih pintar sebesar 58 % daripada menjadi kretif sebesar 42 %. Artinya potensi kreatifitas Indonesia terbilang tinggi, Mungkin ini juga yang menyebabkan kebijakan pemerintah untuk memperbaharui Kementerian Pariwisata menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif  yang sekarang dipimpin oleh Ibu Marie Elka Pangestu yang juga sempat digadang menjadi calon pimpinan WTO.

Namun yang lebih menarik lagi untuk Indonesia adalah pilihan menjadi pintar bergaul memiliki porsi sebesar 61 %dan pintar teknologi 39 % dan sebaliknyaIndia dan China memilih pintar teknologi dengan persetase masing-masing 54% dan pintar bergaul 46 % saja, sedangkan jerman sudah pasti memilih mnejadi pintar teknologi dalam persentase besar 76 % dan Pintar bergaul 39 %. Kesimpulan yang saya petik adalah Indonesia adalah negara dengan masyarakat yang kreatif dan pintar bergaul namun agak lemah di teknologi. Mungkin bacaan saya ini sangat sederhana, Namun disinilah letak kekuatan kita sebagai bangsa. Lalu apa hubungan tulisan saya dengan buku Gusdur diatas. Sederhana sekali ternyata dalam perjalanan hidup Gusdur menurut penjelasan Sastro Al Ngatiwi Asisten Pribadi Gusdur mengatakan Gusdur yang pernah nyantri dan sering dianggap sahabat semua suku di Indonesia mulai dari keturunan china hingga Papua adalah sosok yang senang bergaul meskipun latar belakang beliau sebagai santri namun

[caption id="attachment_325241" align="alignleft" width="300" caption="gusdur doc sosbud.kompasiana.com"][/caption]

sangat kental namun dia tetap membaur mulai dari menuntut ilmu di Mesir, hingga ke Baghdad dan Eropa untuk menambah pengalamannya tentang ilmu “begaul” dan memahami perbedaan menjadi sesuatu yang sederhana.

Dan Papua sebagai bagian dari Negeri Indonesia yang rentan dengan berbagai isu disintegrasi diayomi oleh Gusdur melalui Dialog-dialog kerukunan antar kepala suku dan adat . Tentu hal yang paling bijak dari keadaan ini adalah menguatkan hubungan yang harmonis antar suku-suku di Indonesia dengan segala keanekaragaman adat istiadat dan budaya. Sehingga negara kita kuat didalam dan diluar. Setuju atau tidak diplomasinegara kita perlu diperkuat baik diplomasi budaya, pertahanan keamanan dan ekonomi. Hingga kelak survey diatas benar adanya Masyarakat Indonesia tetap diakui sebagai masyarakat yang ramah kepada saudaranya sebangsa dan setanah air dan juga bangsa-bangsa lain di dunia. Namun tentu juga memiliki citra dan martabat mengingat banyak dinamika hubungan yang up and down dengan bangsa-bangsa maju lainnya mulai dari kasus penyadapan,penamaan KRI, perbatasan negara, TKI, pasar bebas dan sebagainya.

Masyarakat Indonesia pernah memiliki seorang presiden yang mampu menerobos sekat-sekat perbedaan menjadi terbuka lebar, mungkin bisa dijadikan pelajaran bagi generasi muda kedepan untuk mempersiapkan diri menjadi the true leader for the country and for the world history. Ini hanya opini pribadi yang sederhana namun bukankah kesederhanaan yang perlu kita punya untuk mengeratkan tangan menyambut Indonesia yang unggul dan maju menyongsong hari depan penuh optimisme dan harapan. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun