Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Azan Terakhir

24 Maret 2014   23:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:32 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13956549321539771726

[caption id="attachment_328214" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi adzan doc.idharalhuda21.blogspot.com"][/caption]

1

Gema azan dari sudut jendela

Melintas hingga ke hati yang bermuara

Lalu apakah kita akan sampai ke taman syurga
Seperti kisah dalam surat-surat cinta

dalam mushaf yang terbaca
Meski tak pantas merasakan wangi firdausnya
Tetaplah berharap paripurna
bukankah kita sang pecinta

yang terus belajar mencintaNya

2

Lalu kita berjalan menapaki waktu

Dalam sajadah sepanjang sepenggalah rindu

Lalu sekejap waktu berjibaku dan berlalu

Dalam dunia yang mesra mencumbu

Engkau hampir tertipu

3

Engkau mengadu padanya yang Maha tahu

Merintih, berdoa menggebu-gebu di shubuh yang rubuh

Tuhan, ini aku

Kekasih kecilMu

Yang pongah dan masih tertatih di lorong gelap

Bawalah akumelaju menuju titik terang

di akhir perjalanan yang telah senyap dan hampir usai

Saat gelap menanti fajar

Saat fajar menanti gelap

Masa dan demi masa berputar

Berfijar-fijar mekar

4

Demi masa

yang kita merugi karenanya

Demi singgasana, pundi harta, dan pesona rupa

Melarutkanmu hinga kedalam curam

5

Azan kembali menggema riuh, pelan dan tajam ke angkasa

Menyeru semesta alam yang bertasbih berpuja-puji

Memanggil jiwa-jiwa berdesir yang telah terpinggir

6

Jika singgahku di dunia bagai musyafir

Berjedahah hati setelah lama ia berkelana

Sudahkah terpuas angannya

Hingga Gema azan tak menggetar di hatinya

Lupa

Terlupa

lupa

Pelupa

Tiada gemetarkah hati kala diri

Dilupakan olehNya

Dititik kita melupakanNya

Alfa menyebut namaNya

dalam prosesi dunia fatamorgana

7

Azan terkhir menggema

Alohu akbar...Allohu akbar

Hayya alassholah

Hayya alalfalah

Mampukan menjejakkan iman yang hilang untuk singgah

Kembali mengalir bagai mata air

Menentramkan dan meneduhkan jiwa yang lelah

Menanti waktu hingga kembali pada sang pencipta

Sang Maha Segala Maha

Ketika azan terakhir lelah memanggil

Semoga hati bermuara terpanggil

inspired Masjidil haram, april 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun