Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Proyek Kebahagiaan

12 Agustus 2014   21:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:43 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proyek Kebahagian gambar www.crishmom.com Saat seorang bayi terlahir didunia, dia akan menangis, seolah ini adalah bahasa yang indah untuk mengatakan kepada dunia dan menangis nyaring” hai Bapak Ibuku, teman-teman semua, kenalkan aku penghuni baru dunia ini”. Oh mungkin bukan demikian ya, ini hanya karena saya menulis dari sisi humorisnya. Tentu artinya lebih bermakna dari hal itu, seperti ketika seorang yang menangis menangis saat terlahir kedunia, kelak orang-orang akan menangisi kepergiannya karena hal-hal baik dan kenangan indah yang dia tinggalkan, Disinilah value dari seorang manusia.

Dan tentu saja setiap manusia yang terlahir kedunia akan menua. Tentu Tuhan sudah memberikan semua fasilitas kepadanya didunia seperti rezeki, jodoh dan usianya. Namun dalam rentang usianya, tentu banyak pengalaman hidup yang dijalani baik suka dan duka.Jika kehidupan adalah bilangan usia yang harus disyukuri dengan penuh suka cita, sesungguhnya kita bisa menikmati rasa bahagia. Tentunya bahagia adalah perasaan yang menyenangkan dimana kita merasakan hati yang ikhlas, lapang, riang, tenang dan penuh kesyukuran.

Masih ingatkah kapan terakhir kali kita bisa tersenyum dengan tulus?.Masih Ingatkah kapan kita merasakan hati yang tenang meski hidup penuh masalah yang tak berkesudahan? Ingatkah kapan kita tertawa dengan lepas? Ingatkah kapan kita memeluk sahabat, keluarga atau orang tua terkasih dengan hangat?

Bahagia setiap orang memang berbeda-beda, But we cannot force ourself to use another shoes, we also have shoes that fit to us. Artinya ukuran dan takaran bahagia kita tidak bisa diperbandingkan dengan orang lain. Bagi seseorang memiliki harta yang banyak mungkin menjadi sumber bahagia, namun bagi orang lain memiliki waktu yang banyak dan luang bisa menjadi sumber bahagia. Meskipun bahagia itu relatif, namun bahagia yang indah adalah bahagia tanpa syarat. Bahagia yang tidak harus dipaksakan sesuai takaran yang rumit. Bahagia yang sumbernya kita bisa ambil dari diri sendiri, dari hati kita, karena bukankah dalam hati manusia dititipkan Tuhan sifat-sifat kasih sayang dan rasa cinta yang bisa kita tebar untuk diri kita sendiri dan juga untuk sesama sehingga perasaan senang akan melahirkan bahagia.

Proyek kebahagiaan bisa menjadi milik setiap orang, karena bahagia adalah keputusan kita sendiri untuk merasakan rasa yang kita bisa hadirkan sendiri. Kadang ada baiknya kita menciptakan proyek kebahagiaan kita sendiri dengan menuliskan  dan menjurnal berbagai hal yang membuat kita bahagia setiap hari. Menarik bukan? Bahkan seorang Penulis Gretchen Rubin menuliskan buku tentang The happiness project yang bercerita tentang Kisah nyata seorang perempuan yang mencoba mencari apa yang bisa membuatnya bahagia dan kemudian menjalani apa yang disebutnya proyek kebahagiaan yang dimulai bulan per bulan sampai mencapai satu tahun. Dikisahkan dalam setiap bulannya, ia membuat satu resolusi dengan mempraktikkan kasih sayang; meminta pertolongan; mendapatkan lebih banyak kesenangan; menulis rasa syukur di buku catatan; sampai melakukan sesuatu tanpa mementingkan hasil. Ia juga menerapkan berbagai pendapat yang pernah ada tentang menjadi bahagia--dari pendapat para ahli filsafat, rohaniwan, hingga pendapat sosok sukses lainnya. Semua dijalaninya untuk menemukan mana yang berhasil membuatnya bahagia dan mana yang tidak. Dan perjalanan proyek tersebut menghantarkannya pada hal yang menyenangkan sepertimengekspresikan perasaan-perasaan tak nyaman tidak akan menghilangkan perasaan itu; bahwa perubahan yang sangat kecil bisa menghasilkan perbedaan yang sangat besar. Semua penemuannya ini berkisar dari hal-hal yang sangat praktis sampai hal-hal yang bersifat mendalam.

Ketika menulis artikel ini saya mencoba mengumpulkan beberapa catatan kesyukuran saya tentang hal-hal yang membuat saya bahagia dan memutuskan untuk bahagia dalam 3 bulan terakhir, diantaranya, pertama,  menyelesaikan 2 buku saya yang berjudul " Diatas Langit Eropa Melamarmu dan Sepucuk Rindu Untuk Aisyah yang setia, dan untuk buku terakhir, penjualannya untuk donasi sosial seorang anak jalanan bernama Aisyah Pulungan yang sudah saya serahkan sendiri bersama Relawan Lentera Pustaka Indonesia yang disambut penuh haru oleh orangtua Aisyah Pulungan di Sumatera Utara jelang dua hari sebelum lebaran, Kedua,Menerima telepon dari sahabat lama, teman semasa SMP setelah 17 tahun lamanya hanya karena tulisan saya disebuah social media, Ketiga, menikmati berkumpul bersama keluarga saat lebaran, Keempat, bermain dan melatih keponakan saya yang masih berusia satu tahun untuk berjalan, Kelima, menemukan agenda kerja almarhum Bapak yang berisi pidato dan puisi, Keenam, mendapat kesempatan melanjutkan study kejenjang yang lebih tinggi dari tempat bekerja, Ketujuh, mendapatkan kenikmatan saat mentadaburi kitab suci saat ramadhan dan bisa khatam sekali dalam aktivitas agenda yang cukup padat, Kedelapan, menerima buku puisi dan sepucuk surat dari seorang Penyair tuna netra karena mendengarkan saya berpuisi di stasiun Radio di kota kelahiran saya, Kesembilan, bersahabat dengan para rekan blogger Kompasianer, dan satu diantaranya selalu membagunkan saya sholat Tahadjud tiap malam (Semoga beliau membaca tulisan ini dan selalu dalam lindunganNya), Kesepuluh, menemukan kembali soulmate saya yang hampir hilang dan ditemukan lagi, si Nikon 3100 di Bandara Soekarno Hatta karena kebaikan Petugas Bandara dan Manajemen Garuda Airways (Terimakasih CE0 Garuda, Pak Emirsyah Satar) Kesebelas, menertawakan diri sendiri karena salah mengirimkan sms pada rekan kerja yang isinya puisi romantis, hingga akhirnya puisi itu di share kesemua teman:) lucu tapi malu, Keduabelas, memakai baju Abaya saat lebaran kemarindari seorang sahabat dari Yaman yang pernah saya ajari Bahasa Indonesia saat di Medan tiga tahun lalu, Ketigabelas, Mendapat tiga undangan para duta besar negara sahabat untuk diskusi tentang ekonomi dan budaya, dan yang terakhir  yang keempatbelas adalah bisa berbagi tulisan sederhana tentang inspirasi, motivasi,  hal positif dan kebaikan kepada para sahabat setiap hari.

Itulah sedikit catatan kesyukuran yang saya putuskan menjadi bagian dari proyek kebahagiaan saya, tentu Proyek kebahagiaan selalu menyenangkan, unik, istimewa untuk setiap orang. Hanya mengenangnya menjadi sesuatu yangmembuat kita bahagia, tumbuh, utuh dan meyakini kasih sayangNya yang luar biasa keapda kita. Namun terkadang kita hanya men “ zoom” kesulitan-kesulitan kita dan permasalahan hidup kita yanghingga melupakan hal-hal yang harusnya kita syukuri.

Mari merasakan dan menikmati setiap momen yang kita lalui  baik  yang lucu, unik, haru, hingga semua itu akan menjadi satu paket proyek kebahagiaan yang indah. Bukankah waktu terlalu singkat untuk berkabung dalam kecewa dan gundah gulana atas kehidupan yang akan berakhir juga. Bukankah lebih baik tersenyum dan menikmati semua momen hidup dengan sadar, sederhana dan bahagia, dan lihatlah Tuhan akan bekerja dengan baik untuk mengirimkan rasa yang indah dan menyenangkan dihati kita. Lalu tunggu apalagi, yuk berbagi dan nikmati proyek kebahagiaan kita. Salam inspirasi.salam bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun