Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hanya Satu Nama

14 Oktober 2014   23:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:01 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku baca satu demi satu aksaramu

Aku bereuforia

Menunggu bahasa rasa

Akankah engkau memuja satu nama

Tentulah kuharap namaku dipuncaknya

Mungkin diantara banyak nama yang kau puja

Atau banyak nama yang memujamu

**

Namaku letakkanlah dijiwamu

di alam pikiranmu

di alam hatimu

Diatas mahkota rindu

Mahkota sederhana yang kuingin

Kau jaga utuh

Meski tidak dilapisi berlian mengilau ungu

Namun kuharap namaku saja yang ada disana

Hanya satu nama

**

Namaku singkat

Ridak panjang

Kuingin bersemedi di kuil hatimu

Kuil suci yang tidak dijamah kenangan masa lalu

Hingga kuseberangi palung jiwamu

Mungkinkah itu berlebihan

Jika kuhanya ingin menyelami asamu

Dan tiada terpaku oleh waktu yang menderu

**

Aku menghitung detik

Satu

Satu

Satu

Satu

Menuju detik kedua

Detik ketiga

Hingga ke seribu

Menunggu jawabmu

**

Kau titipkan beberapa aksara

Empat kata

Peluh

Penuh

Runtuh

Perih

Pejam

Runyam

**

Ku pejam mata

Dalam satu hembusan nafas

Dan detik merayuku

Jangan menangis bathinku

Aku meringis

Tersenyum tipis

Aku diam

Kubaca aksaramu

“ kita jalani saja semua”

Katamu

Tenang

Datar

Tak beroma

Tak mewangi

kejiwa

Rasa ku meluap

Tapi ku tak kalap

Namun ku berhenti berharap

Tiada tanda

Titik

Tanya

Koma

Dalam aksaramu

Namun penuh emosi kumengeja aksaramu

**

Tak perlu tanda baca untuk mengundang rasaku

Aku ingin Hilang

Pergi

Kuingin pulang

Lari

Kencang

Tertahan

dalam

lelahku

Ku kalah

Dalam perjalanan waktu

**

Pergilah semua rinduku

Menguap bersama waktu

Pergilah bersama lamunanku

Tentang pagi yang kau buka dengan sapa hangatmu

**

Aku membatu dalam sayap-sayap rindu

Berhenti lah mengontrak satu bilik di pikiranku

Tanpa membayar sepeser rindu

Kubiarkan kau berdiam disana

Hingga engkau semaumu

Menggantung rasaku

Tersenyum dalam siasatmu

hingga aku terbang ke ruang hampa

Jatuh terjerembab ke bumi tandus

**

Kau berlari meninggalkan perih

Jangan pergi

Bawa perih ini

Kau pergi meninggalkan rasa

Jangan lari

Bawa rasa ini

Kukembalikan untukmu utuh

Bawa semua ini

**

Aku adalah angin yang menerbangkan luka

Kusudah bercengkrama dengan waktu

Menjanjikanku semua akan kembali seperti semula

Aksaramu dan semua yang ditinggalkannya

Sudah mati di hati

Terkubur dalam peti mati

Hanya tersisa senyum bahagia

Aksaraku sempurna dan paripurna

Maaf aku harus berkata

Satu kata, lima aksara dan satu tanda

Pergi!

Senayan, October, 2012

@edrida

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun