Aku baca satu demi satu aksaramu
Aku bereuforia
Menunggu bahasa rasa
Akankah engkau memuja satu nama
Tentulah kuharap namaku dipuncaknya
Mungkin diantara banyak nama yang kau puja
Atau banyak nama yang memujamu
**
Namaku letakkanlah dijiwamu
di alam pikiranmu
di alam hatimu
Diatas mahkota rindu
Mahkota sederhana yang kuingin
Kau jaga utuh
Meski tidak dilapisi berlian mengilau ungu
Namun kuharap namaku saja yang ada disana
Hanya satu nama
**
Namaku singkat
Ridak panjang
Kuingin bersemedi di kuil hatimu
Kuil suci yang tidak dijamah kenangan masa lalu
Hingga kuseberangi palung jiwamu
Mungkinkah itu berlebihan
Jika kuhanya ingin menyelami asamu
Dan tiada terpaku oleh waktu yang menderu
**
Aku menghitung detik
Satu
Satu
Satu
Satu
Menuju detik kedua
Detik ketiga
Hingga ke seribu
Menunggu jawabmu
**
Kau titipkan beberapa aksara
Empat kata
Peluh
Penuh
Runtuh
Perih
Pejam
Runyam
**
Ku pejam mata
Dalam satu hembusan nafas
Dan detik merayuku
Jangan menangis bathinku
Aku meringis
Tersenyum tipis
Aku diam
Kubaca aksaramu
“ kita jalani saja semua”
Katamu
Tenang
Datar
Tak beroma
Tak mewangi
kejiwa
Rasa ku meluap
Tapi ku tak kalap
Namun ku berhenti berharap
Tiada tanda
Titik
Tanya
Koma
Dalam aksaramu
Namun penuh emosi kumengeja aksaramu
**
Tak perlu tanda baca untuk mengundang rasaku
Aku ingin Hilang
Pergi
Kuingin pulang
Lari
Kencang
Tertahan
dalam
lelahku
Ku kalah
Dalam perjalanan waktu
**
Pergilah semua rinduku
Menguap bersama waktu
Pergilah bersama lamunanku
Tentang pagi yang kau buka dengan sapa hangatmu
**
Aku membatu dalam sayap-sayap rindu
Berhenti lah mengontrak satu bilik di pikiranku
Tanpa membayar sepeser rindu
Kubiarkan kau berdiam disana
Hingga engkau semaumu
Menggantung rasaku
Tersenyum dalam siasatmu
hingga aku terbang ke ruang hampa
Jatuh terjerembab ke bumi tandus
**
Kau berlari meninggalkan perih
Jangan pergi
Bawa perih ini
Kau pergi meninggalkan rasa
Jangan lari
Bawa rasa ini
Kukembalikan untukmu utuh
Bawa semua ini
**
Aku adalah angin yang menerbangkan luka
Kusudah bercengkrama dengan waktu
Menjanjikanku semua akan kembali seperti semula
Aksaramu dan semua yang ditinggalkannya
Sudah mati di hati
Terkubur dalam peti mati
Hanya tersisa senyum bahagia
Aksaraku sempurna dan paripurna
Maaf aku harus berkata
Satu kata, lima aksara dan satu tanda
Pergi!
Senayan, October, 2012
@edrida
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H