Teringat ketika ditahun 86 an kondisi keuangan kami dirumah menipis sedangkan usaha pribadipun kurang mendukung maka jalan satu2nya yang dapat menghasilkan uang adalah mengontrakan rumah kami yang kami diami. Rumah yang kami diami saat itu baru saja kami bangun sekitar 4 tahun yl, jadi sebetulnya rumah tsb masih sedang enak2nya untuk dinikmati karena masih baru. Akan tetapi apalah artinya tinggal dirumah baru dan bagus menurut ukuran saya kalau kantongnya kosong hehehe.
Rencana ini mulailah saya dan isteri utarakan kepada keempat puteri kami yang wakti itu masih dibangku SD,SLP dan SLA.Dengan terus terang kami beritahukan kalau keuangan dan pekerjaan papahnya saat ini sedang menurun dan mau tidak mau harta rumah yang dimiliki saat ini harus dikontrakan atau dijual.
Sebagai anak remaja memiliki rumah baru didaerah real estate dengan luas tanah 600m2 sedikit banyak merupakan kebanggaan untuk mengajak teman2 mereka datang bermain dirumah . Sekali lagi kesenangan tubuh dan hati kadang2 harus dikorbankan untuk kesejahteraan yg lebih penting, sehingga anak anak kami dapat mengerti dan setuju saja demi sesuatu yang lebih baik .
Mulailah kami menawarkan rumah untuk dikontrakan  kepada orang asing melalui perantara . Tentulah tidak secepat  seperti menjual gorengan dipinggir jalan untuk mengontrakan sebuah rumah kepada orang asing, karena saingannya banyak. Sementara itu persediaan uang semakin menipis , perhiasan atau barang lain yang dimilikipun tidak ada.
Apabila ada tamu yang datang untuk melihat rumah kami, maka hati kami sudah berharap agar pengontrak ini setuju dan cocok dengan rumah kami. Harapan itu ber-ulang2 nihil sampai beberapa kali. Alasannya macam2, ada yang bilang letaknyalah, ada yang bilang kebesaranlah, ada yang bilang tidak ada kolam renang dan macam2 alasan lainnya yg kami dengar .Kendaraan pickup Daihatsu kecil yg ada dirumah kamipun boleh pinjam dari saudara kami.
Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan sejak rencana mau kontrakan rumah sampai mendapatkan pengontraknya kami hanya dapat berdoa agar mohon dikirimkan pengontrak rumah kami yang baik untuk dia dan juga untuk kami. Â Â Â Sekitar beberapa bulan kemudian disuatu sore hari yang cerah datanglah seorang ibu perantara dengan dua orang bule kerumah kami, seperti biasa kami terus berdoa didalam hati agar orang2 ini cocok dgn rumah kami.
Sang isteri ditaksir berumur sekitar 40 tahunan datang dan masuk kerumah kami membawa buku notes dan pinsil mencatat segala sesuatu yg dilihatnya sang suamipun turut mengontrol sambil meneliti setiap ruangan dirumah kami. Harga kontrak pertahunpun sudah kami beritahukan dengan segala kondisinya dll. Ibu perantara yg sudah berusia lebih kurang 60 tahunan pun turut membumbui rumah kami agar komisi bisa goal hehehe. Â Kedua orang asing yang belakangan kami tahu berkebangsaan Australia dan suaminya diperbantukan di IPB sebagai dosen ahli, sewaktu pamitan tidak bilang yes tidak bilang no.........Jadi dalam hati kami kumaha iyeu teh panuju atawa enteu??
Manusia boleh punya rencana ini dan itu tetapi Tuhan lah yg menentukan yg terbaik .
Tiba2 sekitar 2 minggu kemudian datanglah sang perantara itu memberitahukan kpd kami bahwa orang Australia itu cocok dgn rumah kami dan mereka akan mengontrak 2 tahun sesuai waktu mengajar mereka di IPB. Wow...... Walaupun uang dan kontrak belum dilaksanakan, akan tetapi hati ini rasanya begitu bersyukur dan berterima kasih kpd Tuhan sebab doa kami sudah terjawab . Kami berdua sangat terharu karena membayangkan apabila terus menerus tidak ada pengontrak bagaimana ? Pertolongan Tuhan itu datang tidak pernah terlambat, tepat pada waktunya .
Singkat cerita rumah kami akhirnya dikontrak kepada Mr.DY yang dibayar dengan dollar dan kamipun mengontrak rumah yg dekat dari rumah kami dengan rupiah....... Lumayan deh ada lebihnya untuk menyambung hidup .
Melalui pengalaman ini kami mendapatkan pelajaran : tidak perlu malu untuk mengorbankan apa yang kita miliki asal nama Tuhan jangan dipermalukan .