Mohon tunggu...
Eddie Boentoro
Eddie Boentoro Mohon Tunggu... wiraswasta -

Senang merangkai nada2,Pemusik , Suami dari seorang isteri, ayah dari 4 orang puteri, kakek dari 6 cucu.Menjadi berkat bagi sesama.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pengalaman Traveling dengan Wheel Chair

21 April 2012   04:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:20 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasca setahun saya diamputasi kami suami isteri pergi berlibur ke Singapore ,kalau tidak salah sekitar tahun 2010 an .Kadang2 kami berangkat dari Bogor ke Soekarno Hatta  mempergunakan Bus Damri karena biayanya murah dan duduknyapun cukup nyaman . Tetapi sejak saya diamputasi ada kekuatiran untuk mempergunakan bus, sehingga waktu itu kami pergi dengan kendaraan sendiri . Sesampainya di muka Airport S H saya berjalan memakai Prosthetic (kaki palsu) ke counter penerbangan yang kami book. Kemudian petugas Airlinespun sudah mengambil kursi roda dan mendorong saya menuju Imigrasi dan seterusnya sampai dimuka pintu kapal terbang tersebut. Menjadi orang penyandang cacat untuk hal2 tertentu misalnya di antrian Imigrasi kadang2 menyenangkan, sebab semua dibantu oleh petugas yang memang sudah disiapkan bandara untuk melayani mereka yang butuh pelayanan kursi roda sehingga tentu lebih terbantu dan tidak merepotkan . Untuk mempermudah di kapal biasanya kami sudah pesan bangku duduk dibagian depan, karena apabila tidak maka akan sedikit berabe untuk jalan digang yang sempit menuju tempat duduk dibagian belakang . Pelayanan petugas whell chairs di bandara Soekarno Hatta tidak harus bayar mereka memang bertugas dan melakukannya dengan senang hati, berbeda dengan di Singapore. Di Singapore apabila kita mempergunakan budget airlines  maka sewaktu mau berangkat dari Jakartanya saja sudah diberitahu bahwa nanti di Singapore apabila memerlukan Wheel chair harus membayar sekitar 30 dollar Sin dan ini resmi karena ada kwitansinya yang diberikan oleh pendorong wheel chair itu. Apabila kita mempergunakan kapal yang bukan budget airlines tentunya tidak usah bayar lagi. Setibanya di Changi Airport, petugas whell chair yang usianya terlihat sudah lebih tua dari saya akan tetapi badannya kekar dan ketika dia mendorong tubuh saya yang berat sekitar 68 kg, sepertinya ringan saja . Rasa sungkan didorong oleh yang lebih senior membuat  berat badan saya serasa lebih berat bagi bapak yang berketurunan China ini. Berbeda dengan Imigrasi di Indonesia (Soekarno Hatta) ChangiAirport (Imigration) juga airport2 International lainnya selalu ada fasilitas untuk mereka yang disable, sehingga dalam kelakar saya katakan kepada isteri tercinta : Untung juga ya suaminya cacat jadi keluar dari Airport lebih cepat . Kan kalau di Indonesia selalu ada istilah " masih untung " dst, dst . Sesampainya diantrian taxipun si empek2 senior ini langsung saja berdiri dekat mereka yang antri dan menunggu prioritas dari petugas parkir untuk mendahulukan saya sehingga tidak perlu mengantri, jadi untung lagi .... Suatu hari kami pergi dengan kedua anak dan cucu ke Universal Studio, karena perjalanan didalam Universal Studio tentunya akan panjang sehingga disamping saya memakai kaki palsu , kursi rodapun kami bawa masuk kedalam . Setiap panggung atau tempat pertunjukan yang kami kunjungi selalu memfasilitasi kami untuk lebih dahulu masuk. Pernah saya melihat mereka yang mengantri sudah panjang sekali untuk ingin melihat suatu pertunjukan akan tetapi kami dengan mudah saja langsung kebagian depan antrian liwat pintu tersendiri dibagian samping bagi yang disable . Sampai2 saya katakan kepada anak2 kami Wah, ada untungnya juga nih bawa orang cacat, disambut tertawa oleh anak2 dan isteri. Yang paling menarik dan lucu adalah ketika anak2 dan isteri mengajak saya untuk berfoto dengan artis terkenal "Marlyln Monroe " sebetulnya untuk saya sudah segan untuk ber-foto2 dalam kondisi seperti ini, akan tetapi karena ajakannya gencar akhirnya saya mau ikut juga. Tetapi masalahnya kalau mau difoto dengan mirip2 Artis terkenal pengunjung harus mengantri , oleh karena itu saya katakan kepada kedua anak kami : kalian saja yang ngantri nanti kalau sudah dekat giliran kita papah , mamah dan cucu baru maju bersama untuk difoto . Ok, deal...... kedua anak kami ngantri kira2 sekitar 10 menit mengantri barulah mereka terlihat diantrian agak depan. Saya dan isteri juga cucu kami sudah siap2 untuk berfoto ria dengan artis kenamaan jadul tersebut . Sesudah giliran kami maka kursi roda saya  dengan cepat langsung didorong oleh isteri saya ketempat posenya " Marlyln Monroe " yang sudah disiapkan oleh Universal Studio ,begitupun kedua anak dan cucu kami. Sehingga kelihatannya waktu itu sepertinya orang lain diperbolehkan untuk foto ber-sama2 dengan yang tidak antri. Akhirnya se-konyong2 seorang ibu dari sisi kiri tanpa diundang dan tanpa diminta beliau masuk diantara kami untuk mengabadikan wajahnya bersama keluarga kami huahahahaha. Untungnya Mrs. Marlyln M rupanya agak sadar sehingga dia bertanya ibu ini rombongan kalian bukan, lalu kami katakan bukan ...... . Jadi dengan sopan MM mempersilahkan untuk mengantri apabila mau berfoto . Ya, .......foto sudah jadi , sehingga untung kami memiliki juga foto bersama artis lain . Memandang foto ibu tersebut saya jadi ingat artis Shakila terkenal  dijaman dahulu hahaha. Inilah kisah seorang disable yang masih dipelihara oleh Tuhan dan disayang oleh anak mantu serta cucu2nya .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun