Mohon tunggu...
Edo Rusia
Edo Rusia Mohon Tunggu... -

Pekerja swasta tinggal di Jakarta. Setiap hari menggunakan sepeda motor untuk mencari nafkah di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wajah Motor Injeksi 2011

24 Desember 2011   12:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:48 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEPEDA motor bermesin injeksi digadang-gadang lebih irit konsumsi bahan bakar. Kisaran penghematannya 5-10% dibandingkan sistem karburator. Lumayan dong. Kalau tahun 2011 konsumsi bahan bakar minyak (BBM) subsidi untuk kendaraan pribadi sekitar 16 juta kiloliter. Kira-kira sepeda motor ikutan berkontribusi berapa yah? Mungkin lantaran isu ramah lingkungan alias tidak bikin udara lebih kotor dan mempercepat ludesnya bahan bakar berbasis fosil, para produsen otomotif berbondong-bondong membuat kendaraan yang ramah lingkungan. Ada yang berbasis bahan bakar terbarukan, seperti dari tumbuhan. Ada juga yang berbasis listrik. Di segmen sepeda motor, khususnya di Indonesia, gaung berbondong-bondongnya para produsen membuat motor injeksi kian santer. Tahun 2011 ini, setidaknya ada lima produk yang diluncurkan ke pasar. Setahun sebelumnya, ada dua varian. Total yang beredar saat ini, ada sekitar sembilan varian. Itu jika saya merujuk produk-produk milik anggota Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (Aisi). Wajah motor injeksi tahun 2011, masih amat minim jika dibandingkan yang berbasis karburator. Catatan Aisi menyebutkan, dalam kurun Januari-November 2011, total motor injeksi yang menggerojok pasar sekitar 274 ribuan unit. Angka itu setara dengan sekitar 3,62% dari total motor yang menyerbu pasar, yakni sekitar 7,58 juta unit.

Honda menjadi produsen yang paling getol mengguyur pasar dengan produk injeksi. Dalam dua tahun terakhir, ada tujuh produk. Sedangkan Yamaha dan Kawasaki masing-masing satu varian. Namun, dari segi volume dan prosentase, produk Yamaha Vixion berkontribusi sekitar 71,02% terhadap total motor injeksi. Motor yang digelontorkan ke pasar pada 2007 itu, mencatat volume penjualan sekitar 222 ribuan unit.
Delapan varian motor yang lainnya, masing-masing hanya menguasai di bawah 5%. Bahkan, Kawasaki KLX hanya berkontribusi sekitar 0,23%. (lihat tabel) Ada beberapa faktor yang menyebabkan masih sedikitnya penyerapan motor injeksi. Faktor itu di antaranya mencakup soal harga dan persepsi bahwa merawat motor injeksi lebih repot. Memang, ada alasan lain, seperti konsumen yang suka mengoprek mesin agar lebih maknyus larinya. Soal harga, motor sistem injeksi dibandingkan karburator yang digelontorkan anggota Aisi, sedikit lebih mahal dibandingkan versi karburator. Sebagai ilustrasi, sepeda motor Vixion dibanderol Rp 21 juta per unit. Sedangkan produk dengan kapasitas mesin yang sama, yakni 150cc, Yamaha Byson dilego sekitar Rp 19,5 juta per unit. Walau, dalam kasus ini, agak unik karena ternyata permintaan terhadap Vixion lebih tinggi dibandingkan Byson. Artinya, soal harga dalam kasus ini sedikit terbantahkan. Soal repotnya mengurus mesin injeksi, lebih karena persepsi bahwa bengkel tempat menservis motor tersebut jumlahnya lebih sedikit. Umumnya, hanya bisa diservis di bengkel resmi milik mitra para produsen motor. Bandingkan dengan jumlah bengkel umum yang lebih besar. Sebagai gambaran, bengkel resmi Honda sekitar 3.700 unit dan Yamaha sekitar 3.200 unit seluruh Indonesia. Jumlah bengkel umum? Pasti bisa 10 kali lipat jumlahnya. Para anggota Aisi mengaku bakal memasang sistem injeksi pada seluruh produknya pada 2015. Yamaha misalnya, mengaku paling lambat pada 2014. Bahkan, pada 2012, kabarnya bakal merilis tiga varian injeksi yakni Mio, Mio Soul, dan Jupiter Z. Demikian juga dengan Honda dan Suzuki. Wah, bisa bikin bumi lebih bersih dari polusi udara? Nggak juga kali yah, wong volumenya juga tinggi, praktis gas emisi buangnya juga lebih banyak. Kecuali, katanya, bikin mesin sepeda motor yang memakai bahan bakar hybrid, gas, atau listrik. Ada pendapat lain? (edo rusyanto)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun