foto:bro ancha DAHLAN Iskan saya kenal hanya dari media massa. Sosoknya terkesan sederhana. Cerdas. Sukses dalam memimpin. Apalagi kini menempati posisi strategis mengelola kementerian yang membawahi perusahaan beraset lebih dari Rp 2.500 triliun. Wow! Pada 2010 total aset 141 BUMN mencapai sekitar Rp2.505 triliun. Sedangkan pendapatan BUMN sebesar Rp 1.129 triliun dengan laba bersih sekitar Rp 93 triliun. Hari ini, Minggu (1/1/2012) saya melihat sosok yang terkenal sebagai pebisnis media cetak itu, bicara soal sepeda motor. Dia bicara dalam artikel ’2012 Revolusi Ekonomi Sepeda Motor’ di koran Pontianak Post, edisi Minggu, 1 Januari 2012. Secara utuh saya membaca artikelnya di situs www.jppn.com. Saya berkesimpulan, Dahlan Iskan memahami betul pentingnya sepeda motor sebagai alat transportasi alternatif. Coba simak cukilan artikel tersebut di bawah ini. ….Di masa lalu, golongan atas memiliki alat transportasi mobil. Sedang golongan bawah hanya memiliki kereta dorong, beca-gundul, gerobak sapi dan paling cepat adalah dokar. Kini, dengan sepeda motor kecepatan bergerak golongan bawah sama cepatnya dengan golongan atas –bahkan dalam keadaan lalu-lintas macet naik sepeda motor lebih cepat sampai ke tujuan…..
Itu tak terbantahkan. Maklum, transportasi publik belum maksimal. Sebagai contoh di Jakarta. Pemanfaatan sepeda motor sebagai alat transportasi untuk bekerja mencapai sekitar 48,7% pada 2010. padahal, pada 2002, baru sekitar 21,2%. Ada bagian lain dalam artikel tersebut yang cukup penting. Coba baca yang ini. …..Karena itu segala macam perencanaan pembangunan sudah harus mengakomodasikan kehadiran sepeda motor secara masal. Pembangunan jalan tol di Bali, misalnya, secara sengaja sudah mengakomodasikan sepeda motor. Tidak bisa lagi sepeda motor diperlakukan seperti kehadiran sepeda di masa lalu. Eksistensi sepeda motor harus diakui sebagai bagian dari kebijaksanaan pembangunan. Pemilik mobil tidak boleh lagi merasa dirinya sebagai pemilik paling sah sebuah jalan raya. Sepeda motor harus diterima sebagai pengguna sah yang hak-haknya sama dengan pemilik mobil…..
Di sisi lain, di tengah semua faedah sepeda motor kita disodorkan fakta bahwa keterlibatan sepeda motor dalam kecelakaan lalu lintas jalan masih dominan, berkisar 60-70%. Sah-sah saja, mengingat populasi sepeda motor masih dominaan. Jika tidak keliru, populasi sepeda motor sekitar 60 juta unit, sedangkan mobil sekitar 10 juta unit.
Bicara kecelakaan lalu lintas jalan di Indonesia tak bisa dilepaskan dengan soal perilaku berkendara. Kepolisian RI selalu mengatakan bahwa kecelakaan kerap kali diawali oleh pelanggaran aturan lalu lintas jalan. Ini sebuah fakta bahwa perilaku tidak tertib bisa memicu kecelakaan. Tentu saja ada faktor lain, seperti lengah saat berkendara. Faktor pemicu di luar manusia adalah faktor jalan atau lingkungan dan faktor kendaraan. Faktor manusia masih dominan, bahkan di Jakarta, faktor manusia mencapai tak kurang dari 90%. Pak Dahlan Iskan dalam artikelnya sebenarnya sudah mengisyaratkan. Simak saja cukilannya. ….. Apalagi sepeda motor zaman sekarang. Bisa mencapai kecepatan 100 km/jam. Maka sebuah jarak menjadi tidak ada artinya lagi. Kalau di masa lalu sepeda motor hanya untuk kendaraan dalam kota, kini orang sudah biasa bersepada motor antar-kota…… Kecepatan tinggi menjadi salah satu pemicu terjadinya kecelakaan lalu lintas jalan. Maklum, semakin tinggi kecepatan yang dikendarai, sang pengendara semakin turun daya refleknya. Belum lagi, jika keterampilan berkendaranya tidak maksimal. Ketika ada obyek bergerak yang melintas atau aktifitas lain, saat bermanuver mendadak bisa memicu ketidakseimbangan yang bisa berujung kecelakaan.
Pertanyaannya, apakah masyarakat dipaksa terus mencari alternatif? Kemana tanggung jawab pemerintah dalam menyediakan transportasi publik? Walau artikel Pak Dahlan Iskan tidak terkait dengan jabatannya sebagai Menteri BUMN, semoga disisi lain, beliau juga menangkap aspirasi rakyat. Saya selaku pemotor aktif, merasa pentingnya pemerintah menyediakan transportasi publik yang aman, nyaman, selamat, terjangkau, dan tepat waktu. Rasanya tidak mustahil pak Dahlan Iskan bisa memanfaatkan perannya yang membawahi BUMN transportasi, seperti PT Kereta Api Indonesia, untuk mewujudkan aspirasi masyarakat. Industri sepeda motor sudah memberi solusi, kapan Bapak memberi solusi buat transportasi publik? Salam hormat saya untuk Bapak. (edo rusyanto)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya