Mohon tunggu...
Edo Rusia
Edo Rusia Mohon Tunggu... -

Pekerja swasta tinggal di Jakarta. Setiap hari menggunakan sepeda motor untuk mencari nafkah di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ah, Bibit Jokowi

4 Januari 2012   03:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:21 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BANYAK orang dibuat terkesima ketika Walikota Surakarta Joko Widodo (Jokowi) mendeklarasikan pemakaian mobil Esemka Rajawali sebagai mobil dinas. Jokowi dan wakilnya, Hadi Rudyatmo, sontak membuat geger masyarakat. Pejabat kok pakai mobil dinas Rp 95 juta per unit buatan domestik. “Mobil ini cukup nyaman. Saya ingin mendorong anak-anak SMK lebih kreatif. Kenapa harus tidak bangga memakai produk mereka?” sergah Jokowi saat dialog yang ditayangkan langsung Metro TV, Selasa (3/1/2012) petang. Topi yang dibahas dalam tayangan tersebut seputar ‘Mimpi Mobil Nasional’. Selain Jokowi, ada juga Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi Kementerian Perindustrian dan seorang narasumber dari Asosiasi Otomotif Nusantara. Seru juga diskusinya. Sayang saya tak sempat menikmati diskusi hingga tuntas. Jokowi memang sosok fenomenal. Bagi saya, langkah memilih kendaraan sport utility vehicle (SUV) bermesin 1.500cc Esemka Rajawali, patut dicermati. Patut diberi apresiasi. Asal memang benar tujuannya untuk mendorong para siswa SMK Solo kian kreatif dan bisa juga mendorong menggeliatnya industri mobil nasional. Esemka Rajawali yang diklaim memiliki kandungan lokal hingga 80% itu, sudah barang tentu memakai mesin impor. Bukan buatan anak negeri. Di tengah itu semua, di bagian lain, langkah Jokowi mendapat respons berbeda. Situs detik.com menulis komentar Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo yang menganggap langkah Jokowi adalah sembrono. “Bangga itu boleh. Bangga bahwa anak-anak kita bisa berkarya luar biasa. Tapi kebanggaan itu yang terukur dong. Lha ini belum apa-apa, teruji saja belum kok sudah ada yang berani pasang pelat nomor (untuk kendaraan dinas -red). Sembrono itu namanya. Kalau nanti sampai nabrak kebo gimana. Tidak usah cari muka lah,” sergah Bibit, seperti dilansir detik.com.

Waduh, kok pada berbalas pantun begitu yah. Bukankah semestinya para pemimpin bahu membahu mendorong kreatifitas anak bangsa. Termasuk, kalau bisa mendorong industri otomotif domestik. Kita tahu, betapa gurihnya industri mobil di Indonesia. Pada tahun 2011, data Gaikindo menyebutkan bahwa penjualan wholesales sekitar 893.420 unit. Sedangkan untuk di tingkat ritel sekitar 888.335 unit. Luar biasa! Bahkan diperkirakan pada tahun ini bisa jadi tembus 900 ribuan unit. Dari total pasar tersebut, Toyota masih mendominasi. Di tingkat ritel, Toyota berada diposisi wahid dalam lima besar penguasa pangsa pasar mobil, yakni menguasai sekitar 35,3%. Di posisi kedua, Daihatsu yakni sekitar 15,4%. Lalu di belakangnya adalah Mitsubishi (14,6%), Suzuki (10,2%), dan Nissan (6,5%). Kelima raksasa bisnis mobil itu menguasai lebih dari 80% pasar ritel domestik. Selebihnya diperebutkan oleh Honda, Isuzu, Mazda, dan lainnya.
Praktis, jika Esemka Rajawali masuk ke pasar domestik menghadapi raksasa-raksasa yang sudah mencengkeram pasar sejak lama. Selain kuat dari segi permodalan, jaringan, serta riset dan pengembangan, para pemain bisnis tersebut juga cukup kuat dalam jejaring di kekuasaan. Bagaimana dengan upaya mendorong industri mobil nasional? Pasti banyak yang ingat, kita punya sejarah soal itu. Hasilnya? Tahu sendiri dong. (edo rusyanto)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun