KUALITAS udara di Jakarta tergolong cukup buruk. Boleh jadi karena setiap hari disesaki oleh asap dari knalpot kendaraan. Salah satunya, asap dari knalpot sepeda motor saya. Menurut MR Karliansyah, deputi Pengendalian Pencemaran Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), terjadi penurunan kualitas udara di areal perumahan penduduk dan di perkotaan sejak tahun 2005 sampai saat ini. Hal ini ditandai dengan adanya polutan udara yang melampaui baku mutu udara ambien, contoh : kadar tertinggi NO2 (0 – 30 ppm) yang banyak ditemukan di kota-kota dengan aktifitas transportasi tinggi, dan kadar tertinggi SO2 (0-50 ppm) banyak ditemukan di areal perumahan. ”Transportasi diperkirakan menyumbangkan 76% dari total emisi pencemar oksida nitrogen (NOx). Sedangkan untuk emisi hidrokarbon (HC) dan karbon monoksida (CO), transportasi merupakan kontributor utama (lebih dari 90%),” kata Karliansyah, saat memberi sambutan dalam seminar Forum Wartawan Otomotif (Forwot) di Jakarta, baru-baru ini. Hasil studi KLH – BTMP – JARI tahun 2011 terkait studi penentuan faktor emisi kota Jakarta menunjukkan volume sepeda motor pada hari kerja mencapai 39.4% dan pada hari libur/minggu menurun menjadi 28.8%. Bagaimana supaya kualitas udara tidak terlalu buruk? Salah satunya, pemerintah sedang memfinalisasi aturan draf peraturan menteri LH tentang baku mutu emisi gas buang sepeda motor EURO 3. ”Pemberlakukannya sekitar dua tahun setelah standar ini ditetapkan. Mudah-mudahan tahun 2012 ini segera finalisasi dan bisa kami umumkan,” tuturnya. Selain itu, jelas dia, komponen kegiatan yang perlu dilakukan dalam kerangka pengendalian pencemaran dari sumber bergerak di antaranya adalah penggunaan bahan bakar bersih, penerapan manajemen transportasi, dan teknonologi kendaraan. Bahan bakar yang bersih berpotensi untuk meningkatkan kinerja mesin kendaraan sekaligus mengurangi pencemaran udara melalui emisi gas buang. Kepadatan lalu lintas yang ditandai dengan kemacetan di jalan maupun perilaku pengemudi juga akan mengaitkan beban emisi ke udara. Adanya perbaikan dalam pengelolaan lalu lintas yang disinergikan dengan tata ruang perkotaan seperti perluasan jalan, pengalihan moda transportasi ke jenis angkutan lain seperti kereta api, peremajaan angkutan umum akan sangat menunjang dalam menurunkan bahan emisi ke udara. Sistem transportasi dan pilihan teknologi juga mempengaruhi pola pergerakan manusia dan kendaraan dari suatu kota yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas udara. (edo rusyanto)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H