Mohon tunggu...
Edo Rusia
Edo Rusia Mohon Tunggu... -

Pekerja swasta tinggal di Jakarta. Setiap hari menggunakan sepeda motor untuk mencari nafkah di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Doa Kami Buat Sang Penabrak

16 Januari 2012   04:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:50 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

APES. Baru mau keluar Cibubur Junction disundul Toyota Innova. Saat saya sibuk mengurus mengecek kondisi anak saya, sang penabrak lari. Duh, begitu entengnya. Sore itu, Sabtu (14/1/2012), sekitar pukul 15.45 WIB, saya mau keluar pusat perbelanjaan. Situasi lalu lintas jalan sangat padat. Kecepatan tak lebih dari 10 kilometer per jam (kpj). Perlahan saya mengenderai sepeda motor menuju arah kiri jalan. Lampu isyarat sudah menyala beberapa saat akan menyimpang jalan. Ada petugas parkir pusat perbelanjaan sedang membantu kendaraan yang akan keluar. Di depan saya ada mobil boks dan sepeda motor skutik. Tiba-tiba, bruk! Bagian belakang motor saya disundul Toyota Innova warna krem. Sontak saya terjungkal. Mesin motor Vixion langsung mati. Anak saya yang berusia tujuh tahun menjerit. Panik. “Ayah-ayah..ayah,” jeritnya karena terhimpit motor yang datang dari sisi kanan. Saya emosi. Sakit di kaki kiri. Mencoba mengangkat motor. Sang sopir tampak masih muda, taksiran saya belasan tahun, mungkin berkisar 16-17 tahun, saya cuma melihat sekilas wajahnya. “Maaf pak, tidak apa-apa pak?” Tanya dia. Konsentrasi saya pada sikecil yang panik. Tangan dan kakinya kotor oleh genangan air. Saya minta sang penabrak menepi untuk bertanggung jawab. Maklum, kemacetan luar biasa. Saya meminggirkan motor ke kiri jalan dibantu petugas parkir. Seorang pemotor membantu saya mengangkat snag Vixion merah saya. Seorang bapak-bapak menghampiri saya. Keluar dari mobil penabrak. “Maaf ya pak, gak apa-apa pak?” Pertanyaan normatif. Tiba di pinggir jalan, saya mencari mobil penabrak. Sudah tidak ada. Kemana nuranimu? Saya minta menepi malah lari. Saat itu terus terang fokus saya menangani puteri saya yang shock. Wajahnya pucat. Sayang sekali, sang penabrak tak bernurani. Jika tahu diri, setidkanya mereka membantu mengangkat dan menyeberangkan kami ke tepi jalan. Saya cuma bisa berdoa agar kelak mereka tak mendapat musibah. Anak saya tidak ada yang luka luar. Hanya shock. Belakangan, setiba di rumah oleh isteri saya dipanggilkan tukang urut. Ada memar di dada bagian kanan dan di atas pinggul bagian kanan. Rasa nyeri di kaki kiri saya ternyata karena lecet di atas lutut. Saya beri obat luka luar. Sedangkan sang Vixion lumayan lukanya. Spion dan tuas rem depan bengkok. Stang lecet tergores aspal dan kaca lampu rem belakang pecah. Peneng tanda pengurus Road Safet Association (RSA) pun copot. Duh. Akh ada-ada saja. Semoga sang penabrak diberi hidayah agar lebih hati-hati. “Maaf pak, soalnya bapak mengerem mendadak,” sergah anak muda penabrak saya sesaat sebelum raib. Saya gak mengerti yang dia maksud, mengingat posisi saya super lambat karena mau keluar dari pusat perbelanjaan. Selain lampu isyarat, saya pun mengecek kendaraan dari arah belakang dengan menoleh sesaat. Doa kami, semoga tak ada musibah menimpa penabrak kami. Amin. (edo rusyanto)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun