Mohon tunggu...
Edo Putra Hartanto
Edo Putra Hartanto Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Cobek Batu" Merupakan Usaha Turun Temurun, Apakah Benar?

30 September 2021   22:29 Diperbarui: 30 September 2021   23:02 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dari sisi histori awal mula Cobek Batu ini berawal dari Mbah Pahing. Sebelum beliau menjadi seorang pengrajin Cobek Batu. Pada tahun 1915 beliau sempat merantau dari desa Kajang ke Petung Wulung. Mbah Pahing merupakan seorang yang memiliki keahlian dibidang perbatuan. 

Sebelum beliau menggeluti kerajian batu ini, beliau sempat jadi pengrajin ubin di Desa Kajang, yang digunakan sebagai alas rumah atau lantai. Ubin yang Mbah Pahing buat ini banyak dibeli orang. Untuk proses pembuatan dan pemasaran pada jaman itu masih secara manual, harus berkeliling desa dan dipasarkan menggunakan gerobak dorong.

Namun,begitu banya yang berminat sampai-sampai Cobek Batu ini di Distribusi ini sampai ke wilayah luar Singosari seperti wilayah Malang Selatan, Banyuwangi dan sekitarnya. 

Saat ini keturunan Mbah Pahing sendiri masih meneruskan industri cobek di Petung Wulung. Mbah Pahing memiliki enam anak yaitu Ali Rasyid, Jail, Sadak, Yamin, Yaman, dan Wartiah. Pak Sadak merupakan keturunan Mbah Pahing yang masih tekun menggeluti industri cobek ini.                                                                             

Kerajinan membuat cobek batu asli sudah lama ditekuni masyarakat Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupten Malang, Provinsi Jawa Timur. Salah satu pembuat cobek batu di Dusun Petung Wulung, Desa Toyomarto adalah Sukarno. 

Usaha pembuatan cobek batu miliknya merupakan usaha turun-temurun yang sudah dilakukan kakeknya sejak tahun 1970-an. Kini usaha milik kakeknya tersebut diteruskan oleh dirinya dan ayahnya yang bernama Darsono. Produksi cobek dibuat dari jenis batu pasir tanpa menggunakan campuran semen. 

Cobek dari batu asli dan cobek yang terbuat dengan campuran semen hampir sama, yang membedakan adalah ketahanannya. Cobek semen pasir bila digunakan terus menerus membuat permukaan cobek menjadi halus dan licin sehingga akan sulit untuk digunakan lagi. 

Berbeda dengan cobek batu, meskipun digunakan terus-menerus, permukaan cobek tidak akan menjadi halus dan licin karena sifat dari batu pasir yang memiliki tekstur kasar. Keahlian Sukarno dalam membuat cobek batu didapatkan dari kakek dan ayahnya. Dalam seharinya bisa menghasilkan cobek batu 7-8 buah.                       

Bahan baku utama untuk membuat cobek adalah batu pasir yang yang dibeli dari penggali pasir dengan harga Rp 300.000,- per pick up. Proses pembuatan cobek melalui beberapa tahapan, mulai dari pemecahan batu, memahat, menggosok dengan batu beji kemudian disikat dan barulah dijual.

Produk cobek buatan Sukarno dipasarkan ke luar Jawa seperti Kalimantan, Bali, dan NTT, sedangkan untuk pasar di Jawa Timu, Sukarno hanya melayani wilayah Malang.

 Cobek batu dibanderol dari harga Rp 15.000,- hingga Rp 25.000,- untuk ukuran diameter 20 cm, sedangkan cobek batu dengan ukuran diameter 15 cm dijual dengan harga Rp 12.000,- hingga Rp 20.000,-. cobek batu merupakan salah satu alat kebutuhan ibu-ibu di dapur yang digunakan sebagai alat untuk menghaluskan bumbu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun