Mohon tunggu...
Frederikus Bata
Frederikus Bata Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sarjana Ilmu Komunikasi Jurnalistik UPN'Veteran' Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Paradigma Musik dalam Konteks Seni dan Industri

21 September 2012   07:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:05 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Semuanya tentu sepakat apabila ada pernyataan bahwasannya musik adalah bagian dari kehidupan. Bicara tentang musik tentu tak terlepas dari seni dan industri, musik bisa memberi nuansa dalam perjalanan, musik juga bisa menjadi sumber kehidupan, atau dengan kata lain mata pencaharian dalam kaitannya dengan konsep industri. Seperti halnya dengan dimensi-dimensi yang lain dalam kehidupan, musik sebagai salah satu dimensi hidup memberi warna dalam setiap petualangan dan bahasa kalbu.

Manusia adalah makhluk yang memiliki rasa tak pernah terlepas dalam permainan imajinasi dan intuisi. Salah satu yang dihasilkan adalah soul atau jiwa bermusik seseorang. Semua orang memiliki feel musik, ada yang begitu meluap-luap sampai mendalaminya, ada yang sekedar menikmatinya, pendeknya semua orang suka musik.

Dalam konteks keseharian hidup, musik sering dijadikan curhatan, pelarian kebisuan tanpa sebab, jawaban dari kegundahan hati, atau lebih tepatnya musik adalah soundtrack kehidupan. Musik bisa menjadi penerjemah bahasa kalbu, kritik sosial terhadap tindak-tanduk penguasa, musik juga bisa menyatukan visi sebuah komunitas. Dalam kapasitasnya sebagai efektivitas pelarian rasa dan jiwa, musik bisa mempengaruhi segala dimensi kehidupan.

Dalam perkembangan peradaban hidup, musik banyak sekali mengalami perubahan dalam berbagai sudut pandang. Musik dewasa ini sangat memperhatikan unsur profit dalam pembuatannya. Alhasil musik yang terproduksi menjadi sedikit “asal-asalan” hanya untuk mencari masa untuk membeli jutaan copy sebagai target market industri. Sah-sah saja kalau yang terjadi demikian, bukankah musik itu universal, namun yang perlu diperhatikan disini apakah semua ide musisi bisa tersalurkan ? ataukah mereka sedikit menipu diri hanya untuk mencari kekayaan ??.

Pertanyaan diatas tidak perlu dijawab, yang perlu kita telaah lebih jauh lagi adalah makna dari kehidupan kita. Dalam pencarian kesempurnaan hidup yang perlu kita cari kekayaan ataukah kepuasan batin ?? ya segala sesuatu memang bisa dibeli dengan uang, namun uang bukan segalanya, uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Dalam konteks musikalitas dan musisi, tidak ada salahnya setiap insan musisi harus berani merubah paradigma. Indonesia adalah negara dengan sejumlah musisi berkualitas, jangan hanya karena unsur profit banyak sisi kreativitas musisi terpinggirkan.

Banyak musisi-musisi indonesia yang berani jujur dengan idealisme sendiri, ironisnya mereka memiliki masa yang banyak yang berada di luar Indonesia. Sebut saja THE SIGIT, SID, BURGER KILL, SERIGALAMALAM,GUGUN BLUES CHELTER, DEADSQUAD, dam masih banyak lagi. Mereka justru sering mendapatkan job manggung di Australia, Singapura, Jepang, Bahkan sampai di negeri Paman Sam. Yang menjadi pertanyaan disini, apakah ada yang salah dari mereka terhadap penggemar di negeri sendiri lewat musikalitas yang mereka bawakan ?? ataukah belum ada kedewasaan bermusik dari penggemar musik Indonesia yang masih berada pada jalur musik yang itu-itu saja ??

Tidak ada yang salah dalam kapasitas mereka sebagai musisi, ataupun pengemar sebagai penikmat musik. Bukankah musik itu universal, semua orang bebas menyuarakan ketertarikan musiknya pada jenis yang mana. Namun yang perlu ditekankan disini, sudah saatnya musisi Indonesia merubah paradigma, dengan begitu lambat laun pemahaman musik lovers akan musik yang berkualitas semakin berkembang, yang tentunya bisa mempengaruhi pasar.

Musik adalah panggilan jiwa, kenikmatan dalam kehidupan adalah bagimana kita jujur menanggapi dahaga jiwa kita. Sebagai musisi sudah saatnya berani untuk merealisasikan idealisme untuk kepentingan pendewasaan musik. Jangan berhenti berkreasi selama kita masih bisa bernapas, warnailah hidupmu dengan aneka kreatifitas sebagai pahala kehidupan. Bravomusik Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun