Mohon tunggu...
Edo Bagus Setiawan
Edo Bagus Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi PBSI

https://www.kompasiana.com/edobagussetiawan5494

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Silaturahmi Digital

27 Mei 2021   18:59 Diperbarui: 27 Mei 2021   19:19 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebaran 2021 kemarin kembali harus di lewati seperti idul fitri di tahun sebelumnya, yaitu masih di tengah pandemi. Pandemi Covid-19 sangat membatasi ruang gerak kita untuk bersilaturahmi dan berkumpul bersama keluarga tercinta. Terlebih saat mudik di larang, lebaran tahun ini masih harus di rayakan dari kejauhan diantaranya yaitu dengan silaturahmi digital menggunakan aplikasi panggilan video di whatsapp, zoom, skype, google meet dan lain-lain. 

Dengan perantara teknologi, kita tetap bisa berkumpul bersama orang-orang tercinta dan menghidupkan suasana khas lebaran yang mungkin tidak bisa sepenuhnya kita rasakan. Aku bersama keluarga tetap bisa bersilaturahmi di rumah sanak saudara terdekat walau tetap melaksanakan protokol kesehatan.

Idul Fitri datang dengan berbagai makanan khasnya, seperti opor ayam beserta ketupat dan berbagai makanan kecil seperti kue nastar, kue semprit dan lain-lain. Hidangan khas hari raya yang sangat saya rindukan setiap tahunnya yaitu madu mangsa, tape ketan, dan sale pisang. Bahkan yang di rindukan setiap momen lebaran yaitu adanya kaleng khong guan berisi rengginang. Tidak ada salahnya untuk tetap menghadirkan semua hidangan tersebut di hari raya. Sekali lagi, meskipun hanya menyantapnya bersama keluarga terdekat dan tidak ada tamu atau kerabat lain yang datang berkunjung, keberadaan makanan-makanan itu bisa menghadirkan suasana lebaran yang pasti kita nanti-nantikan setiap tahunnya.

Suasana lebaran dua tahun ini memang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, lantas karena adanya pandemi Covid-19 yang menggemparkan dunia. 

Dulu setiap hari raya ada takbir keliling sekarang tidak boleh diadakan. Khususnya di daerah Trenggalek ada tradisi menghias jalan dan menerbangkan balon udara, namun dua tahun ini tradisi menghias jalan sudah tidak berjalan seperti dulu lagi karena setiap jalan atau gang pasti di tutup total guna sterilisasi physical distancing memutus mata rantai penyebaran Covid-19. 

Meskipun tradisi menghias jalan sudah hampir redup, tetapi tradisi menerbangkan balon udara masih tetap eksis sampai sekarang. Aku berdoa semoga lebaran tahun depan bisa lebih baik lagi dari dua tahun kemarin. Amiiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun