Mohon tunggu...
Edo Prasojo
Edo Prasojo Mohon Tunggu... -

Hobi saya adalah menghayal..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kurban untuk Masyarakat Miskin Perkotaan

20 Oktober 2012   18:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:35 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungai way kuripan dari atas Jembatan Beton Kaum miskin perkotaan merupakan salah satu tantangan besar negara berkembang seperti Indonesia. Penghasilan mereka yang rendah kadang memaksa untuk hidup tak layak. Terkait dengan idhul kurban yang sebentar lagi. Saya mendapati fenomena miris di mana masyarakat daerah Jembatan Beton sekitar bantaran Way Kuripan, kelurahan Gedung Pakuon, Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung ternyata tidak pernah menikmati daging kurban. Extrajoss dengan program kurban 100 sapi akan melepas salah satu sapinya bagi daerah yang beruntung. Anda bisa membantu merekomendasikan daerah ini sebagai lokasi yang berhak, dengan ikut meng-like dan share foto berikut.

Jembatan Beton Jln. R. E Martadinata

Bocah yang berenang di air tercemar

Pemandangan kolong jembatan jalan Ikan Sebelan

Hidran umum sebagai bantuan sarana MCK penduduk

Rumah panggung di sekitar jembatan jln. ikan sebelah

Gang-gang sempit di sekitar jembatan beton
Jalan kecil di pinggir Way Kuripan Kenapa Way Kuripan? Seperti tema yang saya angkat mengenai kemiskinan urban. Sebelumnya saya sudah melakukan survey ke beberapa tempat termasuk TPA Bakung, Teluk Betung Barat. Kita yang tadinya menganggap pemulung sebagai kaum papa ternyata salah. Di Bakung ada 280-300 KK pemulung. Penghasilan mereka per hari per kepala di sini minimal Rp.30.000. Lalu, bagaimana jika dalam keluarga ada 4 orang yang kesemuanya memulung? Berapa penghasilan mereka per bulan? Standar hidup layak $2 per hari sudah jauh terlampaui. Selain itu pula mereka tiap tahun mendapat kurban dari perseorangan dan CSR perusahaan. Kerja pemulung Bakung sifatnya monopoli komunitas. Alias tidak boleh ada grup pemulung luar yang mengais sampah di sini.

Tempat berteduh sementara pemulung Bakung (bukan rumah) Bandingkan dengan masyarakat bantaran Way Kuripan  yang mayoritas bekerja sebagai tukang becak dan kuli gudang! Pendapatan mereka per hari hanya Rp.25.000-50.000 itu pun tak menentu. Berbeda dengan pemulung Bakung, masyarakat di sini sebagian besar yang bekerja hanya kepala keluarga. Apakah di sudut lain Bandar Lampung tidak ada warga miskin? Banyak. Tapi, tidak ada yang konsentrasinya sebesar di sepanjang bantaran Way Kuripan. Rata-rata hanya 1-5 rumah dan itu pun di kanan-kirinya sudah orang mampu semua. Jadi jelas secara faktual dan perbandingan, Bantaran Way Kuripan merupakan kawasan paling tepat sebagai penerima kurban. Keterangan lebih lanjut

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun