MERDEKA KITA
Oleh: Idus Mali
Ketika membaca tentang sejarah kemerdekaan, Indonesia secara tidak langsung  memiliki nilai kemerdekaan yang sedikit  berbeda dengan kemerdekaan yang di raih oleh beberapa negara di dunia. Katakan India yang diberikan kemerdekaan oleh Inggris, Malaysia yang diberi kemerdekaan oleh Inggris, bahkan Amerika  serikat yang merdeka dengan mengusir penduduk asli. Namun, Indonesia merdeka dengan mengusir Penjajah. Bermodalkan semangat Patriotisme dan Nasionalisme. Indonesia bersatu dengan semangat yang membara untuk melawan penjajah. Bambu runcing, senapan tumbuk tak menjadi kelemahan tetapi seakan menjadi sebuah kekuatan yang didasarkan pada sebuah semangat dan tujuan yang sama yakni kemerdekaan.
Perang tak terhindarkan ketika tekat melawan penjajah itu menjadi bulat. Korban berjatuhan di mana-mana. Darah mengalir membasahi tanah.  Gugur para prajurit  Handal. Tak kalah gugurnya masyarakat sipil yang terkena imbas dari semangat kemerdekaan ini. Ada begitu banyak kisah perjuangan parah pahlawan yang seharusnya kita tahu dan catat dalam pikiran dan hati kita. Kita boleh bangga ketika kita merdeka, tetapi di balik itu ada darah-darah yang membasahi semangat hidup kita hinggah saat ini.
JAS MERAH_"Jangan Sekali-kali melupakan sejarah", ungkapan Bung Karno ini merupakan sebuah pukulan sekaligus menjadi sebuah tantangan bagi generasi kini yang hidup di atas perkembangan teknologi dan pergaulan global yang sangat pesat dan bebas saat ini. Dalam situasi dan pola pikir instan, tentu saja ini menjadi  suatu tantangan besar bagi generasi sekarang untuk sering-sering membuka kembali setiap lembaran-lembaran sejarah. Karena didalam Sejarahlah Kita bisa mengerti seperti apa arti dari perjuangan menuju kemerdekaan itu.
Merdeka berarti Bebas dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya. Sejak proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, bangsa kita sudah terlepas dari tuntutan-tuntutan dan tidak lagi bergantung kepada orang atau pihak tertentu dalam artian penjajah.
"Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri" demikian ungkapan Bung Karno, sang Bapa Proklamtor. Â Bung Karno mengingatkan kita dengan sebuah ancaman yang akan dihadapi bangsa Indonesia setelah merdeka. Ketika di bawah penjajahan, musuh terbesar bangsa adalah penjajah. Namun setelah penjajah pergi, Indonesia akan dihadapkan pada berbagai masalah-masalah sosial, masalah ekonomi dan masalah-masalah lainnya yang mengancam persatuan bangsa tercinta ini.
Banyak sekali persoalan yang semarak dalam sorotan publik. Ketidakadilan, isu SARA dan banyak masalah lainnya yang kini muncul bahkan masih terbungkus rapih. Hal sedimikian telah menjadi sorotan publik. Apa kita benar-benar telah Merdeka?
Bertolak dari pangkuan Sejarah dan dengan semangat "Pro Ecclesia Et Patria" serta semangat Fraternitas PEMUDA KATOLIK KOMISARIAT CABANG BELU melakukan kunjungan dalam rangka BAKSOS (Bakti Sosial) dan Siarah ke Taman Makam Pahlawan Seroja untuk mengenang kembali semua perjuangan yang telah mereka lewati hinggah gugur berkabung tanah. Ini merupakan kegiatan penuh kesadaran yang benar-benar di rencanakan untuk turut mewarna meriahkan ulang tahun NKRI yang ke-78.
"Lakukan hal kecil dengan cinta yang besar". Demikian Kata Bunda Theresa dari kalkuta yang terkenal di seluruh dunia dengan semangat dan cara hidupnya. Kegiatan baksos semacam ini, kecil terlihat dengan indra namun memiliki makna yang dalam ketika dengan cinta yang tulus kita bergandeng tangan bersama menyatukan ide dan harapan yang sama untuk mengingat kembali semua pengorbanan yang telah diberi oleh para pahlawan terhadap "Merdeka Kita" hari ini.
Dengan kembali mengulang sejarah kita dapat melihat arti dari perjuangan yang sesungguhnya. Hal apa yang membuat Para Pahlawan rela mati? Tentu demi kemerdekaan. Apa arti dari kemerdekaan? Nah ini yang seharusnya kita sebagai generasi penerus perjuangan harus menyadari arti dan makna dari inti perjuangan ini. Mari, kita sebagai Generasi penerus bangsa, mengambil sikap, Merefleksi diri kita. Seperti kata seorang Sokrates," Hidup yang tidak direflesikan tidak pantas di jalani(dihidupi). Apakah sampai saat ini, kita benar-benar serius melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka menjemput hari kelahiran NKRI ini, ataukah yang kita lakukan adalah sebuah keterpaksaan karena kita berada di dalam sebuah aturan yang mewajibkan kita semata. Semoga Tidak!!!
Ketakutan terbesar adalah ketika semua yang kita lakukan tidak lebih dari sebuah serimonial atau ritual biasa tanpa makna karena keterpaksaan. Semoga Tidak!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H