Mohon tunggu...
Edmundus Dewa
Edmundus Dewa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengenal Brent Spar, dan Kontroversinya

2 Desember 2017   00:54 Diperbarui: 2 Desember 2017   01:35 1549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sebuah kasus yang berdampak pada lingkungan, menuaikan kontroversi dan sudah diketahui oleh banyak media, salah satunya adalah kontroversi Brent Spar. Brent Spar merupakan lokasi tempat pembuangan pelampung penyimpanan minyak, bentukan dari kolaborasi dua perusahaan minyak yang besar yaitu Shell dan Exxon. 

Dahulu Brent Spar sendiri sangatlah kontroversional dan telah menjadi sorotan dunia. Mengapa? Karena lokasi dari Brent Spar terletak tepat di tengah laut Samudra Atlantik bagian utara. Brent Spar sendiri juga melakukan aktivitas pembuangan pelampung berisi limbah industri yang langsung menuju ke laut yang begitu mengerikan dan berdampak.

Shell dan Exxon pada awalnya telah mendapat persetujuan dari jajaran pemerintahan Inggris, termasuk John (mantan perdana menteri Inggris). Persetujuan tersebut dilandaskan karena syarat yang telah dipenuhi sebagai pilihan praktis untuk lingkungan. Namun karena Brent Spar sendiri tengah menjadi sorotan dunia, muncullah gerakan-gerakan yang membela lestarinya lingkungan seperti Greenpeace untuk menolak aktivitas yang dilakukan oleh Brent Spar. 

Greenpeace gencar melakukan kampanye menolak adanya Brent Spar, sehingga akhirnya isu pembuangan Brent Spar sendiri menjadi suatu isu lingkungan. Kontroversi ini menimbulkan rasa malu yang sangat dalam bagi kedua perusahaan Shell dan Exxon.  

Brent Spar setelah mengalami banyak perdebatan dan sorotan media kemudian tidak beroperasi untuk waktu 5 tahun. Sembari tidak beroperasi, perusahaan Shell melakukan berbagai macam penelitian. 

Penelitian tersebut tujuannya adalah agar bisa menarik kesimpulan terkait dampak yang terjadi terhadap lingkungan ketika akhirnya Brent Spar akan “ditenggelamkan”. Maksudnya adalah agar bisa memilih piihan yang terbaik dan paling minim resiko terhadap lingkungan. Akhirnya setelah menemukan beberapa pilihan seperti tempat pembuangan akankah didarat atau dilaut, Shell menganggap bahwa opsi laut lah yang lebih minim resiko. Dengan izin DTI (Departemen Perdagangan dan Industri Inggris), keputusan terakhir adalah Brent Spar akan ditenggelamkan ke laut.

Mendengar kabar bahwa Brent Spar akan ditenggelamkan, Greenpeace tidak tinggal diam. Hari ketika Shell yang hendak menenggelamkan Brent Spar serta seluruh limbah industri yang ada ke dalam laut, muncullah isu bahwa para aktivis Greenpeacetelah menguasai Brent Spar dan mereka tidak ingin Brent Spar untuk di tenggelamkan ke dalam laut. 

Akhirnya wacana penenggelaman itu tidak jadi dilakukan oleh Shell. Tidak hanya sampai situ, Greenpeacesemakin gencar dalam menyuarakan suara dan petisinya yang didukung oleh pihak dan sebagian besar pemerintahan di Eropa. Petisi tersebut berupa tindakan untuk memboikot pom bensin milik Shell. Rata-rata boikot pom bensin tersebut dilakukan di negara German, yang notabene merupakan negara asal para aktivis Greenpeace.

Usaha yang dilakukan oleh Greenpeace tidak hanya sampai situ, mereka membawa dampak yang besar terhadap media. Banyak masyarakat dari berbagai negara yang juga protes dan menolak Brent Spar. Alasan yang diusung oleh Greenpeace semakin menjadi-jadi. 

Namun disatu sisi persetujuan awal dari pemerintah Inggris haruslah disetujui, yaitu untuk menenggelamkan Brent Spar. Shell berada diposisi yang krisis, dihadapkan antara kewajiban menenggelamkan Brent Spar atau mendengarkan suara protes yang semakin besar untuk tidak menenggelamkannya.

Ada beberapa pelajaran yang dapat di pelajari dari kontroversi Brent Spar yang mungkin bisa membantu agar kasus krisis di masa depan bisa diminimalkan. Contohnya seperti Industri yang perlu dikembangkan lebih baik dan lebih fleksibel dalam membuat strategi komunikasi untuk mengatasi kritik dari kelompok kontra. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun