Guru biasa memberi tahu, guru yang baik menjelaskan, guru yang mengagumkan memberi contoh, dan guru yang hebat menginspirasi. (William Arthur Ward)
Berbagai macam cara seorang guru mengisi liburan, kali ini penulis mengisi dengan mengikuti webinar yang diadakan oleh "SatuGuru" selama  seminggu dengan pakar pendidikan. Tujuan dari penulis mengikuti ini sebagai langkah refreshing sekaligus refleksi selama setahun penuh untuk mempersiapkan kesegaran aktivitas baru di tahun 2025. Sehingga sebagaimana ungkapan Dr. Fahruddin Faiz bahwa bukan hanya sekedar rutinitas formalitas belaka namun menciptakan kegiatan yang bermakna.Â
Malam tadi webinar ini berjudul "Spiritualitas Guru Indonesia" yang diisi oleh narasumber Dr. Fahruddin Faiz. Siapa yang tidak mengenal beliau di Indonesia saat ini. Dengan ciri khas penyampaian yang santai namun sungguh meresap di hati dan pikiran pendengarnya. Ketika penulis bertanya, bagaimana cara beliau menjadi pembaca yang baik serta nyaman didengar dalam menyampaikan materi ? Beliau pun menjawab lingkungan sejak kecil beliau yang tak jauh dari aktivitas membaca buku, bahkan setiap ayah beliau pulang mengajar pasti membawakan buku kepada Dr. Fahruddin Faiz kecil. Selain itu paling penting adalah jam terbang pengalaman. Beliau pun berpesan kepada setiap guru bahwa mereka sudah memiliki modal panggung yakni di setiap kelasnya. Oleh karena itu totalitas lah dalam membagikan ilmu maka ilmu tersebut akan selalu bertambah sehingga puncaknya nanti apa yang dikatakan oleh kita akan meresap di hati dan pikiran murid. Setelah itu adalah selalu berdoa agar selalu diberi anugerah oleh Allah SWT.
Bagaimana guru dapat memiliki spiritualitas yang baik ? Mengutip pernyataan Ibnu Sina mengenai manusia ideal bahwa ;
- Jasmani yang sehat
- Emosi Stabil : Orang yang dapat mengendalikan emosi walaupun wajar saja kita merasakan sedih, kecewa, marah, dan lainnya.
- Hati Jernih
- Pikiran Tajam : Bukan hanya memiliki sebuah kecerdasan namun mampu membaca situasi.
- Spiritualitas Hidup : Orang yang mampu baik dalam hal syariat seperti shalat, puasa dan lainnya (religius) serta dalam mengamalkan makna syariat pun juga baik seperti tidak korupsi, tidak mencaci, dan lainnya (spiritualitas).
Sebaik-baiknya manusia menurut novel berjudul Hay ibn Yaqzan karya Ibnu Tufail bahwa banyak memiliki wawasan namun juga dalam menjalani kehidupan ia penuh makna.
Bagaimana guru dapat memiliki spiritualitas yang hidup ? Setidaknya ada 7 langkah untuk memiliki hal tersebut yakni ;
- Pemahaman diri : Mengetahui kelebihan, kelemahan diri, keinginan diri.
- Sadar Tujuan : Tujuan jangka pendek, panjang, dan menengan. Tujuan puncak kita sebagai muslim adalah kembali kepada Allah. Secara resolusi tujuan baik itu jangka pendek, menengah, dan panjang tidak boleh bertentangan dengan tujuan puncak. Jadi sekalipun lingkungan banyak yang bertentangan dengan hati nurani, tetap suarakan kebenaran. Selemah-lemahnya usaha adalah berdoa.
- Komitmen Nilai
- Kebijaksanaan
- Ketenangan
- Kedalaman : Setiap aktivitas yang bermakna baik itu berupa ucapan maupun tindakan.
- Keterhubungan : Memiliki interaksi yang baik kepada sesama, maupun Tuhan dengan dasar cinta.
Dr. Fahruddin Faiz menganalogikan guru sebagai wadah. Jika wadah itu bersih maka yang akan keluar juga akan bersih. Begitu juga kepada murid, jika ingin menghendaki murid yang berkarakter, beriman maka gurunya lah yang harus melakukan terlebih dahulu dengan memiliki hati yang jernih. Tujuan dari ilmu itu ada tiga yakni manfaat, maslahat, dan barakah.
Jadi jika ingin mejadi guru inspiratif, maka harus banyak-banyak melihat kedalam diri lalu senantiasa memperbaikinya. Karena interaksi antara guru dan murid itu seperti yang dikatakan oleh Dr. Fahruddin Faiz memiliki vibrasi atau getaran yang saling mempengaruhi. Berikut vibrasi yang harus diketahui dan dimiliki oleh seorang guru ketika berinteraksi dengan muridnya ;