"Guru lagi fokus mengejar sertifikat tetapi berisi atau tidak ilmunya setelah webinar. Jangan-jangan sertifikat saja dicari, orangnya tutup kamera dan hilang"
Marak terjadi 2 minggu di awal tahun 2024 ini berseliweran webinar di grup-grup Whatshapp penulis.Tujuannya sangat bagus untuk meningkatkan kompetensi guru mengajar di sekolah. Tetapi yang menjadi miris adalah ucapan seorang teman di grup yang mengatakan bahwa " Percayalah, guru lebih takut sertifikat kurang dibanding kualitas praktik kerja atau perilaku kerja". Apakah benar pernyataan ini ?
Idealnya guru di awal tahun melakukan refleksi mengenai aktivitas selama 1 tahun kebelakang, apa yang sudah maju dalam pembelajarannya dan apa yang masih kurang dalam melayani murid dikelasnya. Sehingga setelah mengelompokkan hal tersebut guru dapat mengambil rencana untuk tahun ini, hal apa yang perlu ditingkatkan. Dari hal tersebutlah guru dapat memilih pengembangan diri atau pelatihan apa yang cocok dengan kekurangannya tersebut.
Refleksi dalam bahasa agama adalah Muhasabah. Muhasabah adalah evaluasi diri terkait perbuatan ,sikap, dan amalan sehari-hari dalam rangka meningkatkan spritual dan moral seseorang. Imam Al Ghazali pun menekankan pentingnya untuk secara teratur melakukan instropeksi terhadap perbuatan dan niat dalam rangka meningkatkan keshalehan, jika dalam hal pendidikan adalah meningkatkan pembelajaran bermakna di kelas.
Bahkan yang lebih hebatnya lagi sudah banyak betebaran "Jasa Sertifikat Legal"Â dan di internet banyak menawarkan jasa pembuatan PMM. Â Hal ini yang membuat tujuan awalnya diadakan webinar atau pelatihan tersebut untuk meningkatkan kompetensi guru beralih menjadi ladang bisnis yang membuat oknum guru mendapatkan sertifikat secara instan. Ini merupakan tantangan kita semua di dunia pendidikan, bagaimana generasi kedepannya itu tumbuh secara jujur, bertanggung jawab, dan menghargai proses jika oknum guru melakukan hal tersebut ?
Penulis jadi teringat mengenai suatu perkataan guru penulis yakni KH Imam Chambali Surabaya bahwa 1 kebaikan yang secara berkelanjutan itu lebih baik daripada 1000 karomah atau kesaktian. Hal inilah yang mengilhami penulis untuk fokus setiap tahunnya untuk meningkatkan 1 kompetensi tetapi secara berkelanjutan. Contohnya pada tahun 2022 penulis fokus untuk meningkatkan IT, maka penulis selama setahunan fokus hanya mengikuti webinar atau pelatihan yang berbicara tentang IT hingga puncaknya mengikuti program PEMBATIK yang diinisiasi oleh Kemdikbudristek sembari mengaplikasikan ilmunya tersebut dikelas. Selanjutnya pada tahun 2023 penulis fokus untuk meningkatkan literasi yang puncaknya dapat menerbitkan beberapa buku solo dan antologi serta mengajak murid dikelas untuk membuat buku juga.Â
Oleh karena itu menurut penulis yang diperlukan oleh murid sekarang ini adalah bagaimana kita sebagai guru menjadi teladan untuk menebarkan semangat menghargai proses dan mencintai proses. Sebagaimana Rasulullah di dalam Q.S Al Ahzab :21 dikatakan sebagai teladan yang paling baik. Mengapa Rasulullah dapat menjadi teladan yang paling baik ? Karena antara ucapan dan perilakunya berjalan selaras atau bahasa sederhananya sekarang adalah mempunyai integritas. Baik ilmu dan amal Rasulullah menjadi panutan. Semoga kita dapat mencontoh laku Rasulullah SAW sebagai pengajar dan pendidik murid kita. Dan Q.S As-Shaff: 3 menjadi pengingat penulis dalam melakukan sesuatu yang berisi bahwa "Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan"
Semoga Allah selalu menjaga kita dari hal-hal yang merusak cita profesi guru dan Allah jadikan diri kita sebagai guru yang dapat bermanfaat luas terlebih khususnya dalam melayani murid hingga dapat juga bermanfaat bagi sesamanya. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H