Mohon tunggu...
Edy Murtono
Edy Murtono Mohon Tunggu... -

Pemuda kampungan dari desa terpencil di kab. Magetan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kemenangan Harus Kita "Beli"

24 April 2014   18:02 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:15 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

KEMENANGAN HARUS KITA “BELI”

Negeri ini sedang banyak masalah yang terus mendera…..

Sementara Datangnya kemenangan tidak serta merta

Datangnya kemenangan juga tidak cukup hanya dengan doa dan ikhtar ala kadarnya

Kemenangan perlu di raih dengan harta, bahkan jiwa & raga

Juga perlu kesabaran ekstra, tanpa harus mencela

Kita harus banyak upaya dan doa tentu dengan sungguh -sungguhpula…

Terus bagaimana caranya………??

Kita harus cari pemimpin yang paling baik diantara kita…siapa ??

Jika kita ingin mencari pemimpin yg bersih tanpa noda dan cela sama sekali, tentu kita akan berpaling kepada Rasulullah SAW atau orang orang yg bersamanya , misalnya Abu Bakar ra,umar bin khatab atau Khalid bin walid …tapi itu tidak mungkin.

Apa kita harus menunggu sampai ada orang ideal seperti orang2 terdahulu……

Bahkan seringnya, jika kita menunggu-nunggu kondisi ideal itu terjadi, maka kita tidak akan beranjak dari tempat kita berada sekarang.

Di tengah-tengah generasi Muslim akhir jaman ini, ke manakah akan kita cari seorang Abu Bakar ra atau seorangUmar bin Khatab ra? Di manakah akan kita temukan sang pemimpin yang bersih tiada cela, yang kuat ibadahnya, terpuji akhlaq-nya dan cemerlang akalnya, hingga kita tak bisa menyebutkan barang satu saja keburukannya?

Betapa banyak orang yang merasa dirinya terlalu suci untuk bergabung dengan yang lain. Ia dapat menghitung secara terperinci sekian ratus kesalahan mereka. Ia lupa bahwa – andaikan benar – tak ada orang yang bisa membawa kebaikan pada dirinya, maka ia sendirilah yang berkewajiban membawa kebaikan itu pada orang-orang di sekitarnya.

Betapa banyak orang yang bagus ibadahnya namun menyimpan semua kebaikan untuk dirinya sendiri, sehingga Ia selalu dalam kesendirian, Ia hibur dirinya sendiri dengan kata-kata Rasulullah saw yang mengisyaratkan bahwa kelak orang-orang yang memegang teguh agama ini akan menjadi “asing” . Ia lupa sama sekali bahwa makna “orang asing” dengan “orang yang mengasingkan diri” itu memang beda..!!

Pada akhirnya, ia menghibur dirinya sendiri dengan menolak semua tuduhan bahwa ia telah memelihara penyakit ukhuwwah dalam dirinya sendiri. Muncullah kalimat seperti di atas tadi

Janganlah heran sekiranya orang semacam ini pada akhirnya selalu berjalan sendiri. Mereka hanyalah sekumpulan orang malang yang diam sambil menunggu kendaraan yang tak kunjung lewat, sambil mengutuki jaman yang terus berganti.

Manusia, sebagaimana yang telah kita maklumi bersama, bukan hanya tak ada yang sempurna, namun juga tak bisa menyempurnakan dirinya sendiri.

Maka, duhai tuan-tuan yang suci, janganlah bermimpi akan berjumpa dengan pemimpin besar nan adil jika masyarakatnya masih jauh dari nilai-nilai kebaikan. Dan tentu saja, jika engkau, tuan-tuan yang suci ini, tidak pernah membimbing umat untuk menyucikan diri dan perbuatannya, maka jangan memasang impian terlalu tinggi agar kelak suatu hari negeri ini makmur sejahtera dan dilimpahi rahmat Allah SWT dari segala penjurunya.

Bukankah Orang-orang beriman tidak mengenal putus asa selama mereka masih merasakan kebersamaan dengan Allah SWT…??

Kalau Kita tidak berputus asa dengan kondisi negeri ini kenapa kita berputus asa dengan perkumpulan atau organisasi apa pun yang kita bentuk untuk membangun negeri ini…?? Jika ada kekurangan, maka itulah kenyataan, sebagaimana kenyataan yang biasa kita hadapi di tengah-tengah generasi Muslim akhir jaman ini. Kita telah berdamai dengan kenyataan bahwa keadaan negeri ini masih jauh dari ideal, dan kita berusaha menyelamatkannya dengan berbagai cara. Oleh karena itu, kita berdamai pula dengan kenyataan bahwa orang-orang yang memiliki komitmen sama dengan kita pun masih jauh dari ideal, namun kita menghargai tekadnya untuk terus memperbaiki diri dan mensyukuri kenyataan ini

Berhentilah menunggu. Kemenangan yang sesungguhnya takkan hadir di depan mata dan tak bisa kaubeli begitu saja. Kemenangan itu ada di depan sana, menunggu orang-orang yang siap untuk jatuh-bangun dalam memperjuangkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun