Tidak berhenti sampai di situ. Sekitar satu bulan kemudian, ada tawaran lagi dari Pocket Gems, sebuah perusahaan berlokasi di San Fransisco yang berniat membeli secara parsial hak cipta AOP untuk kemudian diadaptasikan menjadi komik interaktif bernama Episode yang bisa diunduh oleh siapa saja melalui App Store atau Google Play. Nilai kontrak yang ditawarkan mencapai beberapa ribu dollar. Jumlah yang cukup fantastik untuk seorang mahasiswa biokimia tingkat dua. Sampai tulisan ini dibuat, alhamdulillah proses kontrak, administrasi dan perpajakan sudah selesai.
Yang terakhir, tawaran datang dari Radish Fiction. Mereka mempunyai model bisnis yang berbeda, yaitu apabila setuju, setiap kali anak saya mempunyai buku baru atau menambah chapter dari fiksi yang sedang dikerjakan, dia diminta untuk menunda satu bulan pemuatannya ke dalam Wattpad. Tulisan itu diminta untuk dikirim dulu ke Radish agar bisa dibaca secara berbayar oleh pelanggan mereka. Harganya tidak terlalu mahal, hanya beberapa sen dollar. Kurang lebih ilustrasinya begini. Kalau Anda pembaca Radish, Anda akan mendapat lima chapter pertama gratis. Tapi selanjutnya, kalau ingin meneruskan membaca maka Anda harus membayar beberapa sen untuk setiap chapter-nya. Anda bisa saja membaca gratis di Wattpad, tapi harus menunggu satu bulan dulu. Nah, bagi anak saya, ini juga sebuah hal baru yang tidak terduga dan cukup menarik.
Sampai pada titik ini, saya berpikir. Dunia kita memang telah berubah. Seorang remaja yang dengan kepolosannya menjalani hobi yang dia sukai, ternyata teknologi dan keterkaitan global telah mengantarnya pada sebuah kesempatan di mana semua hal bisa mempunyai nilai material. Memang, ini kemudian seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, idealisme dan passion seseorang semakin lama bisa semakin terkikis karena semua menjadi bisnis, tapi di sisi lain harus diakui bahwa "sisi bisnis dari segala sesuatu" adalah kekuatan yang menggerakkan roda ekonomi. Itulah mengapa dalam era sekarang, antara idealisme dan bisnis ibarat dua sisi dari satu keping mata uang. Inilah ekonomi baru!.
Orang lain mungkin menyebutnya ekonomi kreatif. Saya menyebutnya ekonomi anak muda. Sebuah era baru ekonomi, yang bagi orang tua seperti kita, semakin lama akan semakin berjarak untuk bisa dengan cepat memahaminya.
Teruslah tumbuh dan berkarya, anak-anak muda Indonesia!
Tangerang, 4 Januari 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H