Mohon tunggu...
Edi Woda
Edi Woda Mohon Tunggu... Penulis - Blogger Rasa Jurnalis

Teaching From Blog; sediakan bacaan bermutu Twitter: @edi_woda, IG: edi woda, FB: edi woda, Linkedln: edi woda,

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lentera di Ujung Tangan

19 September 2020   11:27 Diperbarui: 19 September 2020   11:44 2237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Lentera/dokpri

Entah mengapa kebanyakan penyair sering dikaitkan dengan 'hujan', 'gerimis','rindu','rintik','kata', malam, atau sejenisnya. Terlalu naif pula jika ada yang bilang penulis sajak sering identik dengan 'sebatang rokok', atau  'segelas alkohol'. Lebih ekstrum lagi jika penyuka sastra bebas. Freedom of Expression. Bebas berekspresi. Bisa lupa aturan. Tidak mau ikut aturan? Sering memberontak. Membela kebenaran dengan narasi melankolis plus syarat makna tentang kemanusiaan, perjuangan, cinta. Akh... Cinta banyak kata-kata akan muncul kalau orang sudah mencinta. Ini bukan tentang orang tetapi tentang apa yang harus dihidupi untuk menjadi bermakna. Bagi segilintir orang termasuk saya, menciptakan lirik (biar tidak dikata pujangga) berarti menjadi Lentera. Lentera di ujung tangan.

Lentera 

Malam perlahan-lahan tiba

kokok ayam di penghujung senja jadi isyarat

suara burung pulang ke rimba jadi tanda

anak-anak berlari pulang sehabis main

ibu-ibu menanak nasi

para ayah mematahkan ranting

Gelap menyelimuti 

ringkik jangkrik, kodok dan biota malam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun