Mohon tunggu...
Medioku
Medioku Mohon Tunggu... Editor - Online media

Medioku merupakan media online yang memberikan informasi seputar lifestyle dan entertainment.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Usai Lockdown, Seperti Apa Kondisi Wuhan Saat Ini?

14 Mei 2020   08:07 Diperbarui: 14 Mei 2020   08:12 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengukuran suhu badan di supermarket Wuhan

Pada 8 April 2020, Kepala Penanggulangan Epidemi Wuhan, Luo Ping, telah mencabut status lockdown di Wuhan. Dikenal sebagai kota awal munculnya SARS-CoV-2, kini Wuhan mulai perlahan pulih. Pencabutan status tersebut dilakukan setelah menurunnya kasus baru bahkan pada tanggal 26 April 2020, Wuhan telah memulangkan pasien terakhir yang dirawat.

Meskipun status lockdown telah dicabut, akan membutuhkan waktu yang lama bagi Wuhan untuk kembali normal karena virus corona tidak hanya berdampak pada kesehatan tetapi juga berbagai sektor seperti ekonomi, transportasi, dan pariwisata. Tetap diperlukan kewaspadaan dan tindakan mitigasi apabila virus kembali menyebar. Beberapa hari terakhir, peneliti bahkan mengatakan bahwa ada kemungkinan second wave akan muncul di Wuhan.

Sebagai kota dengan penduduk sekitar 11 juta, di antaranya 84 ribu orang dinyatakan positif dan 4,600 orang meninggal dunia; terlalu dini menilai Wuhan aman. Setelah lockdown dicabut, Wuhan memasuki fase baru dimana cara hidup masyarakat akan berubah. Masyarakat Wuhan tidak dapat leluasa pergi kemana saja dan berinteraksi dengan siapa saja karena masih dibayang-bayangi oleh virus.

Begitu pula dengan sekolah dan tempat hiburan di Wuhan masih ditutup hingga waktu yang belum dapat dipastikan. Bagi tempat publik yang sudah buka seperti rumah makan, perkantoran, toko, atau mall; pemeriksaan kesehatan tetap akan berlanjut. Masyarakat juga masih harus menjalani pemeriksaan di beberapa checkpoint. Pemeriksaan tersebut meliputi pengecekan suhu badan menggunakan temperature gate. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi masyarakat yang keluar-masuk tempat publik dimana menjadi tempat berkumpulnya banyak orang. Selain itu jika ketika keluar rumah, mereka juga diwajibkan memakai masker dan membawa hand sanitizer.

Oleh karena itu pada fase ini, kebutuhan akan alat pelindung diri di Wuhan masih menjadi kebutuhan utama. Panic buying di Wuhan masih terjadi hingga saat ini. Bagi masyarakat, masker dan hand sanitizer merupakan alat yang wajib dimiliki. Sedangkan bagi pemerintah dan pemilik bisnis, alat pengukur suhu badan seperti temperature gate merupakan kebutuhan yang paling dicari. Keberadaan kebutuhan tersebut masih sulit ditemukan karena permintaan sangat tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa pemulihan Wuhan akan bertahap dan membutuhan waktu yang cukup lama. Selain dikarenakan status atau ijin operasional dicabut secara bertahap oleh pemerintah, tetapi juga perlu waktu untuk masyarakat Wuhan beradaptasi dengan cara hidup baru pada fase tersebut.

Sejak ditemukannya kasus pertama pada awal Maret, kini jumlah pasien positif di Indonesia telah menembus angka 11.192 orang di antaranya pasien sembuh sebanyak 1.876 dan 845 meninggal dunia (data per 2 Mei 2020). Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa tingkat kematian di Indonesia masih tergolong tinggi, yakni 7,5%.

Pemerintah Indonesia sendiri telah mengambil tindakan untuk meminimalisir COVID-19 di antaranya menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa kota yang mempunyai tingkat penyebaran tinggi seperti DKI Jakarta, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Yogyakarta, dan Provinsi Jawa Barat. Selain PSBB, Pemerintah Indonesia juga menganjurkan perusahaan untuk menerapkan sistem work from home atau membatasi karyawan yang masuk bekerja, mengatur jam operasional toko, dan social/physical distancing.

World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar masyarakat rajin mencuci tangan menggunakan sabun untuk mengurangi kuman dan bahan kimia yang menempel di tangan. Apabila keluar rumah, masyarakat diwajibkan untuk membawa hand sanitizer karena tidak semua tempat publik menyediakannya. Masyarakat dapat menggunakan hand sanitizer karena lebih praktis dapat dibawa kemana-mana dan penggunaannya mudah. 

Centers for Disease Control (CDC) merekomendasikan menggunakan hand sanitizer dengan kadar alcohol paling tidak 60%-95%, jika kurang dari angka tersebut maka hand sanitizer tidak dapat bekerja dengan baik karena tidak ampuh membunuh kuman karena banyaknya jenis kuman yang menempel pada tangan. Selain itu, menggunakan disinfektan pada tubuh manusia tidak dianjurkan karena berdampak buruk pada kulit. Keberadaan disinfektan bukan ditujukan untuk manusia, namun benda. Oleh karena itu, penting untuk memilih produk hand sanitizer yang sesuai dengan standar. Masyarakat harus bijak untuk mengidentifikasi bahan yang terkandung dalam hand sanitizer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun