Mohon tunggu...
editan to
editan to Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mengelola Usaha Percetakan

memperluas cakrawala

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Surat Wasiat Bomber Lukman dan Zakiah Aini Kenapa Mirip?

1 April 2021   22:36 Diperbarui: 1 April 2021   23:07 2234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat Lukman dan Zakiah Aini. (Foto: Twitter/KRMTRoySuryo2)

AKUN Twitter Roy Suryo mengunggah tampilan dua surat wasiat tulisan tangan dari Lukman bomber Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan dan penyerang Mabes Polri Zakiah Aini.

Mantan politikus Partai Demokrat yang dikenal sebagai ahli telematika itu menulis: "Meski (di)beda(kan) cara penulisannya: Kemiringan, Kapital/proporsional dsb. Namun, gaya bahasanya mirip, ada pendapat?"

Cuitan eks Menpora itu kemudian mendapat sahutan dari Mustofa Nahrawardaya melalui akun Twitternya @TofaTofa_id: " Tidak hanya mirip Kanjeng  @KRMTRoySuryo2. Tapi si dua wasiat yg beredar, ternyata pembukaannya sama PERSIS".

Mustofa kemudian menuliskan mengunggah kalimat pembuka kedua surat dari Lukman dan Zakiah, yang memang sama. "Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. Wasiat kepada orang yang saya cintai karena Allah".

Bukan hanya kalimat pembuka, kata pertama isi surat hampir sama. Jika Zakiah memulai dengan 'wahai mamaku.  Sedangkan Lukman menulis sesuai dialek Makassar  'Wahai ummi ku'.  Alinea surat pun hampir berisi sama. Mereka mengharapkan keluarga jangan pernah meninggalkan salat dan mereka berharap bisa bertemu di Surga.

Ini alinea pertama surat wasiat dari Lukman: Wahai ummy ku minta maaf kalo ada salahku baik perilaku maupun lisanku. Jangan ki lupa senantiasa beribadah kepada Allah dan jangan ki tinggalkan sholat. Semoga Allah kumpulkan ki di surganya. 

Bandingkan dengan aliena pertama surat wasiat dari Zakiah Aini: Wahai mamaku, maafin Zakiah yang belum pernah membalas pemberian keluarga. Mama, ayah jangan lupa senantiasa beribadah kepada Allah SWT dan jangan tinggalkan salat. Semoga Allah kumpulkan kembali keluarga di surga. 

Bahkan di alinea kedua juga masih mirip. Mereka meminta maaf dan menjelaskan pilihan melakukan jihad sebagai jalan Nabi/Rasul Allah. Kemudian mengenai harapan untuk bisa berkumpul di surga.

Disusul kemudian berbicara agar ibu mereka menjauhi perbankan karena memberikan riba yang menjauhkan dari keberkahan. Surat kemudian disusul dengan pesan-pesan dengan kepada keluarga.

Surat Lukman dan Zakiah Aini. (Foto: Twitter/KRMTRoySuryo2)
Surat Lukman dan Zakiah Aini. (Foto: Twitter/KRMTRoySuryo2)
Tentu, kepolisian pada waktunya akan menyibak keaslian kedua surat yang ditulis Lukman atau Zakiah sebelum mereka memutuskan nekat menjemput ajal melalui jalan yang diyakini sebagai jihad itu.

Masyarakat sebenarnya  bisa menilai bahwa kedua peristiwa itu ada selang minimal dua hari. Lukman melakukan bom bunuh diri bersama istrinya Hasniawati yang hamil 4 bulan di gereja Katedral Makassar, pada Minggu (28/3). Sedangkan Zakiah melakukan serangan ke Mabes Polri pada Rabu (31/3) sore.

Surat Lukman ditemukan aparat di rumah kontrakan Lukman di Jalan Tinumbu Lorong 132, Kelurahan Bunga Ejaya, Kecamatan Bontoala, Makassar, Senin (29/3) langsung viral di media sosial.

Jadi ada kemungkinan duplikasi dilakukan Zakiah terhadap surat yang dibuat Lukman. Peristiwa bom bunuh diri Lukman harus diterjemahkan sebagai pemicu Zakiah untuk mempersiapkan diri untuk melakukan jihad yang sama.

Pantas diyakini bahwa Zakiah sangat memperhatikan detail pemberitaan mengenai aksi Lukman dan istrinya. Termasuk surat wasiat Lukman yang sudah beredar di media daring dan media sosial sejak Senin itu.

Upaya mencontoh surat dilakukan Zakiah terhadap surat Lukman. Tidak hanya kata pembuka tetapi juga runtutan dari isinya alias pola surat. Antara lain soal permintaan maaf, kemudian pemahaman jihad hingga pesan-pesan kepada orang-orang dalam keluarga.

Tentu yang harus dipahami secara mendasar bahwa antara Zakiah dan Lukman adalah satu ideologi. Baik dalam memperjuangkan konsep jihad atau pun dalam mendorong keluarga agar menegakkan salat secara kaffah. Sehingga pola pikir yang tertuang dalam surat cukup  wajar bila ada kemiripan.

Demikian pula dalam sudut pandang melihat kehidupan ini. Mereka misalnya, menolak kehadiran perbankan. Keduanya menyarankan kepada ibu mereka, kebetulan ayah Lukman sudah meninggal, untuk meninggalkan dunia bank yang dianggap riba.

Kemudian pandangan mereka kepada pemerintah dan negara. Misalnya, Zakaih menyarankan ibunya agar meninggalkan Dawis. Dawis adalah kependekan dari desa wisma, merupakan kumpulan ibu-ibu untuk melaksanakan program pemerintah di desa. Tercermina dari aktivitas  ibunya Zakiah yang aktif, seperti di pos yandu hingga PKK di daerah Ciracas, Jakarta Timur.

Isi surat Zakiah lebih detail ketimbang Lukman. Zakiah bahkan sampai bagaimana menyikapai orang yang dipahaminya sebagai kafir.  Zakiah sampai melarang kakaknya membanggakan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama).

"Tinggalkan kepercayaan kepada orang-orang yang mengaku mempunyai ilmu, dekati ustaz/ulama, tonton kajian dakwah, tidak membanggakan kafir Ahok dan memakai hijab kak. Allah yang akan menjamin rezeki kak," pesan Zakiah kepada kakaknya dalam surat wasiat itu.

Sebagai suatu surat tentu, wajar ada struktur penulisan seperti pembuka, isi, kemudian penutup. Layaknya suatu surat maka mengindahkan kaidah-kaidah  bagaimana membuat kalimat pembuka, menyampaikan isi, hingga menyusun kalimat penutup. Apalagi ini surat perpisahan.

Dengan demikian, terlalu menyederhanakan masalah jika karena ada kemiripan struktur surat dan isi seolah-olah hendak menggiring pada opini bahwa kedua surat tersebut diragukan disusun oleh keduanya.

Telaah mengenai tulisan tangan ini bisa disibak melalui ilmu grafologi. Tentu, pihak yang ahli bisa menelaah keaslian surat-surat tersebut. Dengan demikian, akan ada jawaban ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan melalui argumentasi yang transparan.

Keraguan terhadap orisinalitas dari surat tentu akan dengan mudah dijawab aparat kepolisian. Dengan demikian bisa dihindarkan penggiringan opini terhadap kemungkinan rekayasa dan konspirasi. Kita tunggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun