Mohon tunggu...
Edi Sembiring
Edi Sembiring Mohon Tunggu... -

tulisan kini diarsipkan di sebuah huma kecil,\r\nrumah tuannya, \r\nnamun merdeka di tanahnya ----\r\n\r\n\r\njejak-jejak meracau....\r\nwww.edisantana.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tentang Gusti Nurul, dari Soekarno Hingga Sjahrir

16 Agustus 2010   01:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:00 23829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1333855588117899593

"Tulisannya jelek," kata wanita tua itu, seraya tersenyum kecil. Wanita tua yang kini berumur 89 tahun itu mengakui bahwa hubungan mereka lebih banyak melalui korespondensi. Ia masih bisa membaca kisah masa lalunya, seperti masih bisa dijumpai guratan cantiknya saat ia muda di bibir yang tersenyum. Dan candanya menyiratkan bahwa ia wanita yang punya hak memilih jalan hidupnya.

Terhantar sebuah kado yang dibeli di Jakarta. Isinya macam-macam, sampai tas dan arloji. Bersamanya juga terlampir sepucuk surat tulisan tangan. Siapakah sang pujaan dan pemujanya?

Menari di Depan Ratu Wilhelmina

Pada tahun 1936, di sebuah ruangan yang megah di bawah sinar lampu yang benderang, terlihat seorang gadis dengan pakaian Jawa menari dengan luwes dan indah. Tak ada peralatan musik yang terjajar. Namun sang penari mampu menari walau dengan diiringi oleh musik gamelan pengiring yang diputarkan langsung dari Keraton Solo melalui radio dengan suara terputus-putus.  Bila saat ini bisalah disebut peristiwa itu secara teleconference.

Ratu Wilhelmina mengundangnya datang ke Belanda untuk memeriahkan acara pernikahan putrinya, Juliana, dengan Pangeran Bernard. Saat itu sang penari baru berusia 15 tahun. Namun ia tak hanya mahir menari, ia juga seorang penunggang kuda yang hebat dimana kala itu masih tabu atau tak lazim bagi perempuan. Dan ia juga mahir berenang dan bermain tenis. Sungguh siapakah dia?

Dia adalah seorang putri keraton yang bernama lengkap Gusti Raden Ayu Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani. Ia adalah putri tunggal pasangan Mangkunegara VII dan Gusti Ratu Timur-putri Sultan Hamengku Buwono VII. Putri keraton ini biasa disapa dengan nama Gusti Nurul, kelahiran 1921. Kecantikannya menjadi buah bibir banyak orang saat itu. Kecantikannya bak Dewi Sumbadra, tokoh yang diceritakan oleh Sunardi DM dalam buku Bharatayudha, dimana digambarkan "Ketampanan manusia di bumi ini dibagi dua, setengah untuk Arjuna dan setengahnya dibagi untuk pria-pria lainnya. Kecantikan wanita di bumi ini juga dibagi dua, setengah untuk Dewi Sumbadra, setengah sisanya terbagi untuk banyak wanita lainnya."

Kekekaguman pada kecantikannya tak hanya jadi kekaguman orang kebanyakan. Gusti Nurul ketika itu juga menjadi buah pembicaraan para pembesar. Ia juga ditaksir mulai Bung Karno sampai Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan juga Kolonel GPH Djatikusumo (Panglima tentara saat itu).

Kekaguman Soekarno pada Gusti Nurul menyebabkan ia mengundangnya ke Istana Cipanas, begitu revolusi usai. Lalu Soekarno memanggil Basuki Abdullah untuk melukis Gusti Nurul. Setelah jadi, lukisan itu pun dipajang di kamar kerja Presiden Soekarno di Cipanas.

Namun Gusti Nurul tak tergoda sama sekali pada mereka. Alasannya sederhana, ia pembenci poligami. Gusti Nurul lah yang memberi inspirasi bagi para pangeran Mataram untuk tidak berpoligami.

"Tulisannya jelek"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun